Media90 – Sebagai umat Muslim, saling tolong-menolong adalah kewajiban yang harus dijaga dengan baik.
Membantu orang lain dalam kesulitan adalah bagian dari etika dan moralitas yang ditanamkan dalam agama kita.
Namun, di tengah dunia yang semakin terikat dengan materi, kadang-kadang kita melupakan pentingnya saling tolong-menolong dalam kebaikan tanpa mengharapkan imbalan materi atau ucapan terima kasih.
Dalam menjalani kehidupan, kita memiliki pedoman yang penting untuk tetap teguh dalam niat menolong orang lain.
Pedoman ini terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan warisan suci yang akan tetap relevan hingga akhir zaman.
Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah SWT akan selalu menolongnya. Barangsiapa yang melapangkan kesempitan orang lain, maka Allah akan melapangkan kesempitan baginya pada Hari Kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, Allah SWT akan menutupi aibnya di Hari Kiamat.”
Keutamaan menolong orang lain adalah sesuatu yang tak ternilai di dunia ini.
Dengan mempraktikkan sikap saling tolong-menolong, kita telah mendapatkan tiket emas menuju kebahagiaan di dunia dan setelah kehidupan ini, di mana tidak ada lagi orang lain yang dapat menolong kita.
Apakah Anda tahu salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi oleh umat Rasulullah SAW? Sakaratul maut. Saat seseorang menghadapi sakaratul maut, ia merasakan dahaga yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Pada saat-saat puncak rasa haus tersebut, setan akan datang membawa minuman yang segar dengan syarat yang dapat membuat calon mayat tersebut menderita selamanya.
Orang yang tidak menyadari bahwa itu adalah perbuatan setan biasanya akan berkata, “Berikan aku air itu!” Setan pun tersenyum dan memberikan persyaratan, “Baiklah, namun katakanlah bahwa alam ini tidak memiliki Pencipta, dan tinggalkan agamamu, maka aku akan memberikan minuman ini padamu.”
Jika calon mayat memenuhi persyaratan tersebut, amalan-amalannya di dunia akan menjadi batal, terutama jika kalimat itu merupakan kalimat terakhir sebelum ia menghembuskan napas terakhir.
Pada saat-saat seperti itu, sebagai orang yang masih hidup dan diberkahi dengan sedikit kesulitan, seharusnya kita menolong orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Di sinilah pentingnya talqin mayit.
Talqin mayit memiliki hukum sunnah, karena tujuannya adalah untuk mengingatkan orang lain dengan cara lisan.
Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda, “Talqinkanlah orang-orang yang meninggal dengan kalimat ‘la ilaha illallah’.”
Apa itu talqin? Secara bahasa, talqin berarti menuntun seseorang untuk mengikuti kata-kata yang diucapkan kepadanya.
Pada saat calon mayat sedang menghadapi sakaratul maut, talqin dengan lafal “la ilaha illallah” akan membantu mereka dalam mencapai kematian yang baik.
Kematian semacam ini adalah tujuan terbaik bagi mereka yang hidup, jauh lebih berharga daripada harta benda, kecantikan, koleksi mobil, atau hal-hal dunia lainnya.
Talqin pada mayit tidak berhenti saat sakaratul maut. Kesulitan berikutnya adalah ketika mayat tersebut akan diinterogasi oleh Malaikat Munkar dan Nakir setelah kuburannya diratakan.
Meskipun kita tidak mendengar suara mereka, mayat masih memiliki pendengaran dan penglihatan yang lebih peka daripada kita yang masih hidup di dunia ini.
Bahkan suara langkah pengiring jenazah masih terdengar oleh mayat dari kejauhan.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia dan setelah kuburannya diratakan, hendaklah ada di antara kalian yang berdiri di dekat kepalanya dan berkata, ‘Hai fulan bin fulanah.’ Dia akan mendengar tetapi tidak dapat menjawab.
Katakanlah ‘Hai fulan bin fulanah’ sekali lagi, maka dia akan menjawab, ‘Tunjukkanlah kami, semoga engkau diberi rahmat oleh Allah SWT.’
Namun, engkau tidak mendengar jawabannya. Kemudian katakanlah, ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Islam adalah agamaku dan Al-Qur’an adalah petunjukku.'”
Malaikat Munkar dan Nakir akan pergi karena terlambat dan salah satu dari mereka akan berkata kepada yang lain, “Tidak ada lagi yang bisa kita tanyai untuk mayat ini. Mengapa kita berada di samping orang yang jawabannya telah diajarkan?” Kemudian salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika kita tidak mengetahui nama ibu (mayat)?” Rasulullah SAW menjawab, “Hubungkan dia dengan Hawa.” (HR. At-Tabrani).
Talqin pada calon mayat maupun pada mayat itu sendiri adalah hak istimewa yang seharusnya diberikan. Namun, khusus untuk talqin saat sakaratul maut, jika calon mayat telah mengucapkan “la ilaha illallah”, sudah cukup jika Anda melakukannya sekali.
Jangan mengulanginya, karena hal itu dapat mengganggu konsentrasi calon mayat.
Namun, jika calon mayat mengucapkan kalimat lain, lakukan talqin kembali dengan kalimat yang sama hingga ia mencapai akhir hidup yang baik (khusnul khotimah).