Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Manusia Lampung dikenal sebagai masyarakat yang gemar ‘mengan bangek’ alias makan enak.
Tak heran, Lampung memiliki banyak kuliner unik dan lezat warisan nenek moyang suku Lampung.
Usai menghadiri pengukuhan Guru Besar sahabat-sahabat lama di GSG Universitas Lampung (Unila), saya bertemu sahabat Ari (mantan anggota DPR RI) dan Pairul (Dosen FISIP Unila). “Yuk kita mengan bangek,” ujar saya kepada mereka.
“Ok, makan dimana kita,” balas Ari. “Bagaimana kalau kita nyeruit di restoran baru di Gang PU,” balasku.
Gayung bersambut, dengan menaiki Pajero Dakar seri terbaru kami langsung menuju Restoran Omega tersebut.
Namun seperti biasa, sebelum melanjutkan tulisan, nikmati dulu pantun berikut:
“Mengan seruit sambel delan Dang lupo punyeu onow-onow Sako gham mak setembukan Iling atei tumbuk di nikeu”
(Makan seruit sambal terasi Jangan lupa ikan bakarnyat Meski lama tak kita tak jumpa Senang hati bertemu denganmu)
Pecinta kuliner khas Lampung kini memiliki destinasi kuliner baru yang jangan sampai dilewatkan. Rumah Makan (RM) Pindang Omega 2 Manohara.
Warung makan yang mengusung cita rasa otentik Lampung, kini hadir di Bandar Lampung.
Rumah Makan cukup mudah dijangkau pengunjung baik dari dalam maupun luar Kota Bandar Lampung. Tepatnya terletak di Jalan Pagar Alam (Gang PU di depan BLK) Gunung Terang.
Tempat dan suasana restorannya memang biasa saja. Namun pelayanannya cukup cepat. Dengan demikian, tempat ini cocok direkomendasikan untuk santap siang kuliner otentik Lampung.
RM Omega ini hadir dengan kelezatan berbagai jenis ikan bakar dan pindang ikan untuk masyarakat Bandar Lampung.
Menurut saya, menu andalan di sini adalah Onow-onow punyeu (ikan bakar) bercitarasa pedas, asin, dan gurih.
Jenis ikan yang dibakar adalah jenis ikan air tawar jenis gabus, baung atau ketibung. Menurut saya rasa onow-onow di sini cukup memberikan pengalaman kuliner membahagiakan.
Tentu saja onow-onow ini diolah dengan racikan bumbu khas ulun Lampung. Dengan demikian, bisa dipastikan kuliner ini akan siap menggoyang lidah. Apalagi sambal terasinya dengan kepedasan yang sangat pas di lidah.
Satu lagi, ikan bakar di sini cukup bar-bar alias ukuran jumbo lo! Wah, bagian depan ketibung ini memang juga belemak, mantap tenan. Dibakar dengan tingkat kematangan yang pas, membuat harumnya sangat menggoda.
Untuk sambalnya, tersedia terasi, nanas dan tempoyak. Lebih lagi lalapannya juga sangat lengkap, mulai jengkol muda, dan aneka lalapan -rebusan hingga daun jambu monyet muda. Pastinya tersedia terong rebus dan terong bakarnya juga.
Cerita tentang ikan ketibung ini, saya teringat ketika masih kanak-kanak dan pulang ke Kampung Gunung Katun, Tulang Bawang Barat.
Ikan ketibung sangat mudah didapat, bahkan seringkali saat selepas hujan ada fenomena ‘ketibung nakat’ yaitu ketika ikan-ikan ketibung terjebak di tebing.
Ikan ketibung saat itu besar-besar (panjang hingga 150 cm) sehingga muncul istilah ‘ketibung balak lesung’.
Saking besarnya, seringkali ketibung ini diawetkan dengan membuat bekasam (sesam). Semua kenangan lama, saat ini bisa ketemu ketibung saja luar biasa.
Dengan cita rasa yang begitu khas dan lezat, harga makanan di sini mahal nggak sih? Menurut saya harga kuliner di sini cukup worth it.
Hari ini kami cukup merogoh kantong Rp220 ribu untuk makan dua porsi baung bakar, satu porsi ketibung bakar, pindang dan minuman es jeruk.
Tentu harga itu sudah termasuk nasi dan aneka lalapan. Tambahan, tempat parkir di rumah makan ini cukup terbatas, jadi jangan lupa cepat ya kalau mau menikmati kuliner di sini.
Jangan lewatkan kesempatan mencicipi kelezatan onow-onow khas Lampung di RM Pindang Omega Manohara.