Media90 – Politeknik Negeri Lampung (Polinela), melalui Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan, baru-baru ini melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Wiyono.
Kegiatan ini, yang berfokus pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Mentari, merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Tema dari program PKM kali ini adalah “Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati dari Daun Sirsak, Pepaya, dan Sirih”.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memberikan alternatif bagi para petani kakao dalam menghadapi masalah hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan bahan-bahan alami yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan tim pengabdian masyarakat dari Polinela yang dipimpin oleh Ovy Erfandari, S.P., M.Si., bersama dengan anggota tim lainnya, termasuk Ir. Hamdani, M.Si., Sri Nurmayanti, S.P., M.Si., Maisuri Hardani, S.Pd., M.Pd., Reza Wahyuni, S.Pd., M.Pd., dan Upy Raudotul Jannah, S.Pd., M.Pd., serta mahasiswa Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan.
Ovy Erfandari, ketua tim PKM Polinela, menjelaskan bahwa Desa Wiyono memiliki potensi besar dalam produksi kakao, sehingga dikenal sebagai “Desa Kakao” karena menjadi salah satu daerah penghasil kakao terbesar di Lampung.
Namun, para petani di desa ini menghadapi tantangan signifikan dalam meningkatkan produksi kakao akibat serangan hama dan penyakit.
“Petani kakao di Desa Wiyono mengalami kesulitan untuk meningkatkan produksi buah kakao karena masalah hama dan penyakit. Masalah ini memerlukan penanganan serius agar produksi kakao dapat kembali meningkat,” ujar Ovy Erfandari dalam rilis resminya kepada Media90, Senin (26/8/2024).
Ovy menambahkan bahwa penggunaan pestisida kimia yang berlebihan oleh petani dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman kakao dan lingkungan sekitar.
Untuk itu, tim PKM Polinela menawarkan solusi alternatif dengan memperkenalkan pestisida nabati yang terbuat dari daun sirsak, pepaya, dan sirih.
Bahan-bahan ini mudah diperoleh di sekitar lingkungan petani dan memiliki sifat yang lebih ramah lingkungan serta ekonomis.
“Melalui pelatihan ini, petani diajarkan cara membuat pestisida nabati menggunakan bahan-bahan alami seperti daun sirsak, pepaya, dan sirih. Harapannya, petani dapat memproduksi sendiri pestisida ini dan menggunakannya untuk mengatasi masalah hama dan penyakit pada tanaman kakao,” jelas Ovy.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru kepada para petani tentang pembuatan pestisida nabati tetapi juga mendorong praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.
Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di sekitar, para petani diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dan meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil produksi kakao mereka.
Setelah mengikuti pelatihan ini, petani di Desa Wiyono diharapkan mampu mempraktikkan pembuatan dan penggunaan pestisida nabati secara mandiri.
Langkah ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan produksi kakao di desa tersebut.