Media90 – Ratusan petani singkong dari berbagai wilayah di Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) menggelar aksi protes pada Selasa (10/12/2024) untuk menuntut perhatian dari pihak PT Bumi Waras Penumangan, yang menaungi PT Budi Starch dan Sweetener (BSSW).
Aksi ini dipicu oleh anjloknya harga singkong yang sangat merugikan petani, bahkan menyebabkan mereka terpaksa melakukan mogok cabut singkong sebagai bentuk protes.
Aksi ini berawal dari penurunan harga singkong yang dinilai tidak wajar oleh para petani.
Mereka menganggap pihak pabrik tapioka, yang menerima pasokan singkong dari para petani, seringkali menurunkan harga tanpa koordinasi atau pertimbangan terhadap kondisi petani.
Para petani yang berasal dari Tiyuh Penumangan, Pagardewa, Bandar Dewa, Panaragan Jaya, Menggala Mas, dan Panaragan ini menuntut agar perusahaan tersebut memperbaiki harga singkong yang mereka beli, serta memperhatikan kesejahteraan petani.
Andika, koordinator aksi yang memimpin unjuk rasa di PT Budi Starch dan Sweetener, menjelaskan bahwa penurunan harga singkong sangat merugikan petani.
“Kami petani singkong melakukan aksi ini karena pihak perusahaan sepertinya sudah semaunya menurunkan harga singkong. Harga terus turun, dan potongan tonase juga semakin besar, yang membuat kami kesulitan untuk bertahan,” ujar Andika dengan tegas.
Menurut Andika, harga singkong pada tanggal 6 Desember 2024 tercatat sebesar Rp1.070 per kilogram dengan potongan tonase sebesar 15%.
Namun, keesokan harinya harga turun drastis menjadi Rp970 per kilogram, dengan potongan harga yang meningkat menjadi 16%.
Kondisi ini membuat para petani merasa dirugikan, karena biaya produksi yang semakin tinggi tidak sebanding dengan harga jual yang terus anjlok.
Para petani pun menyuarakan beberapa tuntutan kepada pihak perusahaan. Mereka meminta agar harga singkong dinaikkan, potongan tonase dikurangi, dan timbangan yang digunakan diperbaiki.
Selain itu, mereka juga mendesak agar timbangan digital yang sebelumnya dipasang di pabrik segera dipasang kembali untuk memastikan keakuratan pengukuran.
Di sisi lain, Pimpinan Cabang PT Budi Starch dan Sweetener, Wili Sintenis, mengatakan bahwa pihak perusahaan sudah melaporkan masalah ini ke kantor pusat dan sedang menunggu arahan lebih lanjut dari pusat.
“Kami sudah laporkan masalah ini ke pusat, jadi kami sedang menunggu informasi dari mereka untuk langkah selanjutnya,” ujarnya singkat.
Sementara itu, aparat kepolisian setempat juga turut mengawasi jalannya aksi untuk memastikan agar situasi tetap aman dan kondusif.
Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polres Tubaba, Kompol Hendra Gunawan, mengimbau agar para petani menyampaikan aspirasi mereka dengan cara yang damai dan tidak provokatif.
“Kami mengawal jalannya aksi agar tetap berjalan lancar dan aman. Kami juga berperan sebagai mediator antara para petani dan pihak perusahaan,” ujar Kompol Hendra.
Sebagai bagian dari pengamanan, petani singkong yang berpartisipasi dalam aksi tersebut telah diberikan himbauan untuk menghindari tindakan anarkis.
Dengan adanya himbauan tersebut, diharapkan aksi protes ini dapat berlangsung dengan damai dan tidak menimbulkan kerusuhan.
Aksi protes yang dilakukan oleh para petani singkong ini menjadi sorotan, mengingat pentingnya komoditas singkong bagi perekonomian lokal.
Para petani berharap pihak perusahaan dapat mendengarkan keluhan mereka dan segera mengambil langkah untuk memperbaiki kondisi yang ada, demi kesejahteraan petani singkong di Tubaba.