BERITA

Ekspresi Kreatif Mahasiswa Teknokrat Indonesia, Silvia Marta Wijaya, dalam Seni Batik Jawa Timur

332
×

Ekspresi Kreatif Mahasiswa Teknokrat Indonesia, Silvia Marta Wijaya, dalam Seni Batik Jawa Timur

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa Teknokrat Indonesia Silvia Marta Wijaya Belajar Membatik di Rumah Batik Jawa Timur
Mahasiswa Teknokrat Indonesia Silvia Marta Wijaya Belajar Membatik di Rumah Batik Jawa Timur

Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Silvia Marta Wijaya, seorang mahasiswi Sastra Inggris yang bersemangat dari Universitas Teknokrat Indonesia, memulai perjalanan uniknya sebagai peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Dr Soetomo di Surabaya.

Salah satu momen penting dari pengalaman pertukaran ini adalah kesempatan untuk mengunjungi Rumah Batik Jawa Timur, pusat terkemuka untuk pembuatan kain batik tradisional Indonesia yang eksklusif.

Di Rumah Batik Jawa Timur, Marta menemukan dunia di mana seni batik yang rumit menjadi hidup. Tempat ini terkenal karena memproduksi dua jenis batik: tulis tangan (tulis) dan cap.

Menurut Marta, proses pembuatan batik tulis biasanya memakan waktu dua hari. Pesona batik ini tidak hanya menarik perhatian pasar lokal, tetapi juga pelanggan internasional dari negara-negara seperti Myanmar, Singapura, dan Malaysia.

Baca Juga:  Transformasi Digital: 214 Kampung dan Kelurahan di Way Kanan Melangkah ke Era Smart Village Melalui Pelatihan Literasi Digital

Mengungkapkan kagumnya terhadap motif-motif yang memikat di tempat kerja tersebut, Marta berbagi bahwa staf yang ramah di Rumah Batik Jawa Timur bukan hanya ahli seni, tetapi juga penyedia cerita yang antusias, bersedia berbagi sejarah kaya batik.

Marta dan rekan-rekan mahasiswa PMM-nya mendapat kesempatan unik untuk mencoba tangan mereka dalam pembuatan batik.

Bagi Marta, ini adalah pengalaman pertama, dan dia mengakui merasa agak canggung pada awalnya.

“Saya menemukan proses mengukir batik sangat menyenangkan. Ini sedikit menantang karena ini pertama kalinya bagi saya,” katanya dengan senyum.

Bengkel ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kain batik kuno, beberapa di antaranya berasal dari 100 hingga 120 tahun yang lalu.

Pemilik, Syarif Usman, mendorong Marta dan rekan-rekannya untuk menjelajahi dan merangkul budaya Indonesia.

Baca Juga:  Dosen Polinela Ubah Kulit Udang dan Singkong Jadi Kemasan Makanan Ramah Lingkungan

“Ketika Anda memahami budaya Indonesia, cinta terhadapnya akan tumbuh dalam diri Anda. Jangan biarkan orang asing melampaui Anda dalam menghargai budaya kita sendiri,” kata Usman pada hari Sabtu (18/11/2023).

Marta sangat senang dengan beragam produk batik yang tersedia, termasuk kain, kemeja, gaun, dan barang pakaian lainnya yang bergaya.

Menurutnya, harganya bervariasi, mulai dari Rp200.000 untuk katun hingga Rp1,5 juta untuk kain berkualitas tinggi, dengan pilihan sutra mencapai Rp7,2 juta.

Saat Marta melanjutkan perjalanannya selama satu semester di Surabaya, warna-warna cerah dan pola-pola rumit batik pasti akan meninggalkan kesan yang abadi padanya, mengaitkan pencarian akademisnya dengan penghargaan baru terhadap warisan budaya Indonesia yang kaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *