Media90 – Dosen dari Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura (TPTH) Politeknik Negeri Lampung (Polinela) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Daarul Amiin, Natar, Lampung Selatan.
Program ini bertujuan memberikan penyuluhan mengenai teknologi hidroponik sistem Dutch Bucket dalam budidaya melon, untuk meningkatkan kompetensi santri sekaligus memperkuat ketahanan pangan di lingkungan pesantren.
Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua Tim PkM, Fahri Ali, S.P., M.P., yang berkolaborasi dengan anggota tim lainnya: Dede Tiara, S.P., M.Si., Nanang Wahyu Prajaka, S.P., M.Biotech., Ratih Rahhutami, S.P., M.Si., Reza Wahyuni, M.Pd., serta beberapa mahasiswa dari Prodi TPTH.
Menurut Fahri, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keberadaan green house di pesantren yang belum dimanfaatkan secara optimal serta minimnya pengetahuan dan keterampilan santri dalam budidaya melon secara hidroponik.
“Program pengabdian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dan mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan di pondok pesantren. Fokus kami adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan santri dalam memanfaatkan teknologi hidroponik untuk budidaya melon,” ungkap Fahri dalam rilis yang diterima oleh Media90, Selasa (27/8/2024).
Fahri menjelaskan, rangkaian kegiatan ini meliputi penyuluhan teori, persiapan alat dan bahan, penanaman, pemeliharaan, hingga proses panen dan pascapanen melon.
Semua tahap dilakukan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada santri mengenai budidaya tanaman dengan metode hidroponik.
“Harapan kami, santri tidak hanya menjadi lebih mandiri dalam hal pangan, tetapi juga memiliki keterampilan yang berguna di masa depan, terutama setelah mereka lulus dari pesantren,” tambah Fahri.
Wachyu Saputra, pengelola Pondok Pesantren Baitul Qur’an Daarul Amiin, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, program pengabdian dosen Polinela ini memberikan dampak positif bagi para santri.
“Santri-santri kini memiliki kegiatan tambahan yang bermanfaat selain kegiatan rutin di pondok. Pengetahuan dan keterampilan mereka dalam teknologi hidroponik, khususnya budidaya melon, juga meningkat,” ujar Wachyu.
Direktur Polinela, Prof. Dr. Ir. Sarono, M.Si., menekankan pentingnya program pengabdian masyarakat semacam ini untuk terus dikembangkan.
Menurutnya, keterampilan budidaya hidroponik tidak hanya penting untuk ketahanan pangan, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang signifikan.
“Kalau bisa, program pengabdian masyarakat ini diarahkan hingga mampu menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi. Dengan demikian, para santri tidak hanya bisa mandiri dalam hal pangan, tetapi juga dari segi ekonomi,” ujar Prof. Sarono.
Program ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para santri, tetapi juga berfungsi sebagai upaya memberdayakan pesantren agar dapat menjadi lebih mandiri dan berdaya saing dalam bidang pertanian modern.
Implementasi teknologi hidroponik Dutch Bucket diharapkan menjadi contoh bagi lembaga pendidikan lain dalam upaya memperkenalkan teknologi pertanian kepada para pelajar.
Melalui kegiatan ini, diharapkan santri Pondok Pesantren Baitul Qur’an Daarul Amiin tidak hanya belajar tentang konsep dasar pertanian, tetapi juga mampu mengaplikasikan teknologi canggih dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan ini akan menjadi bekal berharga bagi mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan, baik dalam skala lokal maupun nasional.
Program ini juga diharapkan menjadi titik awal bagi kerjasama jangka panjang antara Polinela dan Pondok Pesantren Baitul Qur’an Daarul Amiin, yang dapat berlanjut pada pengembangan teknologi lain yang relevan dengan kebutuhan lokal dan potensi pertanian daerah.