Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati sedang giat-giatnya dalam rangka memutakhirkan kurikulum program wajib matrikulasi Bahasa Inggris mereka.
Langkah ini merupakan upaya mereka untuk menjawab tantangan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang terus berlangsung.
Dalam usaha ini, UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati mengundang seorang pemateri berkompeten dan berpengalaman, Kristian Adi Putra, S.Pd., M.A., Ph.D.
Kristian adalah seorang dosen Bahasa Inggris yang memiliki pengalaman mengajar di tiga negara: Indonesia, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.
Dia akan memberikan seminar dan konsultasi terkait pengajaran Bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi.
Seminar yang diberi judul “The Teaching of ESP in Indonesia, Saudi Arabia, and USA: Are we on the right direction?” ini akan berfokus pada perbandingan kurikulum pengajaran Bahasa Inggris di tiga negara tersebut.
Kristian Adi Putra adalah sosok yang sangat berpengalaman dalam mengajar di ketiga negara ini, menjadikannya ahli yang paling tepat untuk membahas perbandingan kurikulum ini.
Selama beberapa tahun, Kristian telah mengajar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Universitas Sebelas Maret di Surakarta.
Selain itu, dia juga pernah menjadi pengajar di Montana University di Amerika Serikat dan saat ini aktif di Prince Satam bin Abdulaziz University di Arab Saudi, di mana dia tidak hanya mengajar tetapi juga mengkoordinir pengembangan pengajar dan manajemen ujian.
Muhammad Rudy M.Pd., Kepala UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati, menyatakan bahwa meskipun telah melakukan perbaikan pada kurikulum mereka pada tahun 2018, perubahan yang cepat dalam pengetahuan dan teknologi mendorong mereka untuk terus memutakhirkan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di masa depan.
Dalam seminar ini, Kristian mengungkapkan bahwa pendekatan yang telah diterapkan oleh UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati sudah sesuai dengan standar yang berlaku di Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Mahasiswa mereka diajarkan dengan metode berjenjang yang sesuai dengan tingkat kesulitan.
“Mahasiswa pada awal semester diajarkan Bahasa Inggris umum, kemudian pada semester lanjutan diajarkan Bahasa Inggris Profesi atau English for Specific Purposes (ESP),” ungkap Kristian.
Kristian mengapresiasi upaya UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati dalam pengajaran Bahasa Inggris yang berfokus pada kebutuhan profesi mahasiswa.
Dia juga memberikan rekomendasi agar perhatian lebih diberikan pada buku teks bahan ajar yang sudah tersedia, dengan penyesuaian yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Rekomendasi ini penting karena, seperti yang dijelaskan oleh Kristian, buku ajar yang diimpor dari penerbit terkenal seringkali perlu disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan kemampuan yang diajar.
Pengajar seringkali membuat bahan ajar tambahan atau mengganti dari sumber lain agar sesuai dengan fase dan kebutuhan pembelajaran mahasiswa.
Kristian juga menekankan pentingnya sinkronisasi antara tujuan pembelajaran, proses, dan pengujian.
Jangan sampai terjadi ketidaksesuaian antara apa yang diajarkan dengan apa yang diujikan.
Misalnya, jika tujuan pembelajaran adalah agar mahasiswa bisa menulis paragraf, maka ujian harus menguji kemampuan menulis paragraf, bukan sekadar pemahaman membaca paragraf atau teori menulis.
Seminar ini mencerminkan komitmen UPT Balai Bahasa Universitas Malahayati dalam meningkatkan kualitas pengajaran Bahasa Inggris mereka dan memberikan mahasiswa bekal yang lebih baik untuk masa depan mereka.
Semoga seminar ini membawa perubahan positif dalam kurikulum pengajaran Bahasa Inggris di universitas ini dan juga menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi lain di Indonesia.