Media90 – Sebanyak 500 ribu bibit mangrove yang ditanam di sepanjang pantai timur Tulang Bawang oleh Yayasan Gajah Sumatra (Yagasu) terancam gagal tumbuh akibat terpaan angin kencang dan ombak besar selama musim angin timur.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Lampungpro.co pada Minggu (9/6/2024), kondisi paling memprihatinkan terjadi di Region I. Tidak kurang dari 250 ribu bibit mangrove ditanam di empat kampung di wilayah tersebut.
Di Kampung Bumi Dipasena Jaya, hanya 50% bibit yang masih bertahan hidup. Di Kampung Bumi Dipasena Agung, hanya tersisa 20%, sedangkan di Kampung Bumi Dipasena Utama, persentase kehidupan mencapai 40%.
Sementara di Kampung Bumi Sentosa, dari target tanam 30 ribu bibit, hanya 3 ribu yang berhasil ditanam namun gagal bertahan hidup.
Di Region II, yang meliputi Kampung Bumi Dipasena Mulya, Bumi Dipasena Makmur, Bumi Dipasena Sejahtera, dan Kampung Bumi Dipasena Abadi, kondisi bibit mangrove relatif lebih baik dengan persentase kelangsungan hidup yang lebih tinggi.
Salah satu Ketua kelompok masyarakat (Pokmas) mangrove di Kampung Dipasena Agung, Wahidah, menyatakan bahwa mereka telah mengikuti SOP penyemaian dan penanaman sesuai arahan Yagasu.
“Saat penyemaian dan penanaman, tidak ada masalah, bahkan satu bulan setelah penanaman, persentase kelangsungan hidup bibit mencapai 90%. Namun, ketika angin timur dan ombak besar datang, semua tanaman kami tersapu ombak dan tertimbun lumpur halus,” ungkap Wahidah dengan nada sedih.
Agung Riyanto, staf lapangan Yagasu yang menjadi pendamping Pokmas, menjelaskan bahwa angin kencang dan ombak besar saat musim angin timur mengakibatkan bibit yang ditanam tersapu dan terkubur oleh timbunan lumpur halus yang dibawa ombak besar, meskipun telah diikat dengan kayu atau patok lanjaran.
Menurutnya, untuk penanaman di wilayah Region I, persentase kelangsungan hidup bibit sangat kecil, maksimal hanya 50%. Sementara di Region II, persentase kelangsungan hidup mencapai 70-80%.
Lebih lanjut, Agung Riyanto menyampaikan bahwa Yagasu berkomitmen tidak hanya menyemai dan menanam, tetapi juga merawat bibit mangrove.
“Ke depannya, kami akan melakukan penyulaman ulang bagi bibit mangrove yang gagal tumbuh, tentu dengan beberapa modifikasi sistem tanam. Termasuk menunggu waktu tanam yang tepat untuk menghindari puncak angin timur,” ujar Agung Riyanto.
Diketahui, sejak akhir 2023, Yagasu telah memulai restorasi hutan mangrove di sepanjang pantai pertambakan Bumi Dipasena, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang.
Dalam upaya ini, Yagasu memberdayakan warga lokal dengan membentuk 10 kelompok masyarakat (Pokmas) peduli mangrove dan sukarelawan di delapan kampung.
Pokmas ini menjadi ujung tombak restorasi hutan mangrove di pertambakan Dipasena, mulai dari penyemaian bibit, persiapan lahan, penanaman, perawatan hingga monitoring tanaman mangrove.