Media90 – Tim dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinela) menggagas program pemberdayaan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Growing Hope, Bandar Lampung. Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai hibah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), mereka menghadirkan pelatihan serta pendampingan pertanian urban organik bagi para guru dan staf sekolah. Program ini dijadwalkan berlangsung hingga Desember 2025.
Ketua tim, Fajar Rochman, S.P., M.P., menjelaskan bahwa inisiatif ini lahir dari kebutuhan nyata di SLB Growing Hope. Sekolah yang memiliki semangat besar dalam membekali anak-anak berkebutuhan khusus dengan keterampilan hidup, menghadapi keterbatasan lahan perkotaan dan minim pengetahuan seputar pertanian organik.
“Tujuan utama kami adalah membangun ekosistem pembelajaran berkelanjutan. Tidak hanya melatih, tetapi juga mendampingi penerapan teknologi yang aplikatif serta ramah lingkungan,” jelas Fajar.
Melalui program ini, pekarangan sekolah akan dioptimalkan dengan box planter untuk hortikultura. Selain itu, lahan seluas 160 meter persegi akan ditanami jagung manis dan edamame organik. Kebun tersebut diharapkan menjadi laboratorium hidup bagi siswa sekaligus model percontohan bagi sekolah lain.
Kepala SLB Growing Hope, Sri Santi Utami, S.Pd., menyambut gembira inisiatif tersebut.
“Kami sangat bersyukur. Program ini menjadi kesempatan berharga bagi guru dan staf untuk belajar. Ilmu ini nantinya bisa diturunkan langsung ke anak-anak. Selain menghasilkan pangan sehat, keterampilan bertani juga membuka peluang kemandirian bagi mereka di masa depan,” ujarnya.
Dalam penerapannya, tim Polinela membawa serangkaian teknologi hasil riset. Salah satunya dekomposer berbahan aktif mikroba Trichoderma dan Bacillus untuk mempercepat proses pengomposan.
“Fondasi pertanian organik ada pada tanah yang sehat. Dengan teknologi ini, limbah organik bisa diolah menjadi pupuk berkualitas tinggi,” terang Priyadi, S.P., M.Si., anggota tim yang berfokus pada bidang tanah dan pupuk.
Selain itu, diperkenalkan pula pestisida nabati dari ekstrak daun sirsak serta bioherbisida berbahan daun kirinyuh.
“Produk ini terbukti efektif dalam penelitian kami. Tanaman tetap sehat tanpa bahan kimia berbahaya, sejalan dengan prinsip pertanian organik,” tambah Rizky Rahmadi, S.P., M.P.
Lebih dari sekadar budidaya tanaman, program ini diharapkan menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Dengan sinergi akademisi dan sekolah, kami ingin menghadirkan manfaat nyata. Pertanian organik bisa menjadi keterampilan hidup yang berharga bagi siswa, sekaligus memberi kontribusi positif bagi masyarakat,” pungkas Fajar.
Program PKM ini menjadi contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan dari perguruan tinggi dapat bertransformasi menjadi solusi praktis di sekolah. Terlebih, bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, keterampilan bertani organik diyakini mampu menjadi bekal penting untuk masa depan yang lebih mandiri.