Media90 – Kekayaan sumber daya panas bumi di Provinsi Lampung kini menjadi salah satu solusi bagi PT PLN (Persero) dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dalam mendukung Indonesia menuju Net Zero Emission pada tahun 2060.
Pemanfaatan panas bumi sebagai energi terbarukan tidak hanya membantu menggantikan bahan bakar fosil, tetapi juga menawarkan energi yang lebih ramah lingkungan.
Sinergi antara PLN dan PGE di Lampung telah menguatkan sistem ketenagalistrikan, seperti yang terlihat saat terjadi gangguan jaringan Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) Lubuk Linggau-Lahat pada 4 Juni 2024 lalu, yang menyebabkan wilayah Lampung mengalami pemadaman.
Dalam situasi tersebut, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu di Kabupaten Tanggamus menjadi sumber daya penting, memungkinkan Lampung untuk secara bertahap memulihkan listriknya.
PLTP Ulubelu dengan kapasitas produksi 220 MW telah berkontribusi sekitar 18,11% terhadap beban puncak listrik Lampung yang mencapai 1.215 MW.
Manda Wijaya Kusumah, Manajer Operasi PGE Ulubelu, menekankan bahwa PGE mendukung upaya PLN dalam penyaluran energi bersih untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat di Lampung.
Berada di wilayah kaki Gunung Tanggamus, Ulubelu dikenal dengan kekayaan sumber daya alam dan kesejukannya. Lapangan geothermal di Kecamatan Ulubelu mencakup tujuh pekon (desa) di lahan seluas 89.280 hektare.
Area ini memiliki potensi panas bumi mencapai 300 MW. Dengan kekayaan ini, Ulubelu kini tak hanya dikenal sebagai penghasil kopi robusta Lampung tetapi juga sebagai sentra energi panas bumi yang strategis.
Eksplorasi panas bumi di Ulubelu telah berlangsung sejak 2007, dengan kapasitas produksi awal 2×55 MW milik PLN.
Pada 2011, kapasitas tambahan 2×55 MW milik PGE mulai disalurkan ke PLN, menjadikan Ulubelu sebagai penyokong listrik utama di Lampung.
Hingga kini, PLTP Ulubelu mampu memenuhi 25% kebutuhan listrik di Provinsi Lampung, memberi manfaat bagi sekitar 244 ribu rumah tangga di wilayah ini.
Bersama PLN Indonesia Power, PGE juga mengembangkan PLTP Ulubelu Binary Unit dengan kapasitas 30 MW sebagai langkah untuk mempercepat transisi energi menuju target Net Zero Emission.
Menurut Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, kolaborasi ini merupakan strategi penting dalam pemanfaatan panas bumi yang optimal, dengan potensi kapasitas tambahan hingga 230 MW.
Tidak hanya di Lampung, kolaborasi juga berlangsung di Sulawesi Utara untuk pengembangan PLTP Lahendong Binary Unit. Pengembangan proyek ini adalah bagian dari upaya untuk memenuhi Nationally Determined Contribution (NDC) dan program Net Zero Emission yang dicanangkan pemerintah.
Selain fokus pada panas bumi, PLN juga menggandeng masyarakat dalam menghasilkan energi ramah lingkungan melalui program pengolahan sampah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) untuk cofiring di PLTU Tarahan dan PLTU Sebalang di Kabupaten Lampung Selatan.
Produksi energi hijau melalui cofiring biomassa di PLTU Sebalang terus meningkat sejak pertama kali diterapkan pada 2023.
PLN juga menambah Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) seperti PLTM Batu Brak dan PLTM Melesom 2 yang resmi beroperasi sejak Juli 2022.
Keberadaan pembangkit ini membantu memasok listrik dengan kapasitas yang lebih bersih dan mendukung bauran energi EBT di Lampung hingga mencapai sekitar 42%, menjadikannya provinsi dengan pembangkit listrik terhijau di Sumatera.
Dengan serangkaian inovasi dan kolaborasi ini, PLN dan PGE menunjukkan komitmen kuat untuk mendukung pencapaian Net Zero Emission 2060 dan menjaga keberlanjutan lingkungan di Indonesia.