Media90 – Lampung, yang terletak di kawasan ring of fire, merupakan daerah dengan risiko tinggi terhadap berbagai bencana alam.
Menghadapi ancaman ini, penting bagi masyarakat untuk memiliki keterampilan dalam menangani situasi darurat, baik di rumah maupun dalam komunitas.
Kemampuan memberikan pertolongan pertama sangat krusial untuk meningkatkan peluang keselamatan pasien dan mengurangi risiko keparahan cedera.
Kader kesehatan, sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat, memegang peranan vital dalam memberikan pertolongan pertama di lapangan.
Mereka diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis untuk menangani berbagai situasi kegawatdaruratan.
Selain itu, kader juga berfungsi sebagai pionir dalam menyebarkan pengetahuan ini kepada masyarakat luas, sehingga semakin banyak orang yang mampu bertindak cepat dalam kondisi darurat.
Untuk meningkatkan kemandirian masyarakat Lampung dalam penanganan kegawatdaruratan, dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati, Program Studi Ilmu Keperawatan, dan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan penanganan kegawatdaruratan untuk anak dan dewasa.
Kegiatan ini dipimpin oleh Setiawati, Ns., M.Kep., Sp.Kep.An, yang didampingi oleh Dhiny Easter Yanti, S.Kep., M.Kes, serta Linawati Novikasari, Ns., M.Kes. Dua mahasiswa, Hikmah Nurapiansyah dan Agung Julian Pangestu, juga turut serta dalam kegiatan ini.
Program ini didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek melalui hibah Pemberdayaan Masyarakat, serta melalui kontrak turunan antara LLDIKTI Wilayah II dan Universitas Malahayati.
Pendanaan ini memungkinkan sosialisasi dan pelatihan yang diadakan di Desa Sukajaya Lempasing, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Kegiatan ini berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dalam menangani kasus kegawatdaruratan, terutama yang sering terjadi pada anak dan dewasa.
Pelatihan ini juga menjadi sarana untuk menyamakan persepsi antara dosen dan masyarakat terkait praktik penanganan kegawatdaruratan yang telah dilakukan di masyarakat.
Setiawati menjelaskan, “Kegiatan ini disambut antusiasme yang tinggi oleh para peserta, mulai dari kader kesehatan hingga aparat desa. Terlihat perbedaan yang signifikan dari hasil evaluasi sebelum dan setelah sosialisasi serta pelatihan.”
Sebelum kegiatan dimulai, setiap peserta diberikan buku panduan berjudul Buku Panduan Penanganan Kegawatdaruratan pada Anak dan Dewasa, beserta perlengkapan yang dibutuhkan dalam situasi darurat.
Alat-alat tersebut mencakup dua paket tas emergency, satu tandu, satu tabung oksigen, satu nebulizer, satu tensi meter digital, spalk atau bidai dalam berbagai ukuran, serta peralatan pendukung kegawatdaruratan lainnya.
Kegiatan dimulai dengan sosialisasi mengenai berbagai kondisi kegawatdaruratan yang sering terjadi di masyarakat, seperti mimisan, henti jantung, gigitan hewan berbisa, serangan asma, dan beberapa situasi darurat lainnya.
Setelah pemaparan materi, pelatihan dilanjutkan dengan metode ceramah interaktif dan simulasi. Peserta diberikan kesempatan untuk mempraktikkan tindakan kegawatdaruratan yang sebelumnya belum mereka pahami.
Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan keterampilan peserta dalam menangani kondisi darurat, tetapi juga pada pentingnya pemahaman yang benar mengenai cara penanganan yang tepat.
Setiap peserta didampingi secara individu untuk memastikan bahwa mereka dapat melakukan tindakan pertolongan pertama secara mandiri.
Keberhasilan program ini terlihat dari peningkatan hasil pre-test dan post-test peserta, dengan rerata peningkatan mencapai 80%.
Keterampilan para kader juga meningkat signifikan, dari yang sebelumnya tidak mampu melakukan tindakan sendiri hingga kini dapat melakukannya dengan mandiri.
Sebagai penutup kegiatan, para peserta yang telah menyelesaikan pelatihan diberikan sertifikat sebagai pengakuan atas peningkatan keterampilan mereka.
Selain itu, dibentuk pula Satuan Tugas (Satgas) Kegawatdaruratan Desa Sukajaya Lempasing, yang diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam penanganan kasus-kasus darurat di desa tersebut sebelum pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Program ini mendapatkan apresiasi dari masyarakat dan pemerintah desa. Mereka menilai bahwa pelatihan ini sangat membantu dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap situasi darurat.
Setiawati juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Kemdikbudristek atas dukungan melalui program hibah Pemberdayaan Masyarakat ini.
“Program ini sangat membantu dalam pengembangan diri dosen, sekaligus meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam menangani kasus kegawatdaruratan secara mandiri sebelum ditangani lebih lanjut di fasilitas kesehatan,” ujarnya.
Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat Pesawaran, khususnya Desa Sukajaya Lempasing, semakin siap dan mandiri dalam menangani kondisi darurat.
Pelatihan ini juga menunjukkan pentingnya sinergi antara akademisi dan masyarakat untuk menciptakan solusi yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat secara luas.