BERITA

Inovasi Pakan Ternak dan POC dari Maggot BSF Dikembangkan oleh Peneliti Polinela

75
×

Inovasi Pakan Ternak dan POC dari Maggot BSF Dikembangkan oleh Peneliti Polinela

Sebarkan artikel ini
Peneliti Polinela Kembangkan Inovasi Pakan Ternak dan POC dari Maggot BSF
Peneliti Polinela Kembangkan Inovasi Pakan Ternak dan POC dari Maggot BSF

Media90 – Pengelolaan sampah organik kini memasuki era baru dengan solusi inovatif melalui pemanfaatan larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF) atau Hermetia illucens L.

Larva ini memiliki kemampuan luar biasa dalam mengolah berbagai jenis sampah organik, termasuk limbah rumah tangga, dapur, pertanian, dan industri, serta kotoran hewan dan manusia, menjadi biomassa bernilai tinggi yang dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Melia Afnida Santi, S.Pt, M.Si, seorang peneliti dari Program Studi Teknologi Pakan Ternak, Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Lampung (Polinela), memimpin tim peneliti dalam proyek yang didanai oleh DIPA Politeknik Negeri Lampung Tahun Anggaran 2024.

Penelitian ini berjudul “Efektivitas Limbah Organik Terfermentasi sebagai Substrat Pertumbuhan Larva Hermetia illucens dan Pupuk Organik Cair sebagai Hasil Sampingan menuju Zero Waste”.

Penelitian yang berlangsung dari Mei hingga Juli 2024 ini bertujuan untuk menciptakan pakan alternatif berbasis protein hewani serta mengolah sampah organik guna mencapai konsep zero waste.

Baca Juga:  Strategi Ampuh Navigasi Macet: Trik Terbaik Mengatasi Kemacetan Bagi Pengendara Motor Kopling

Tim peneliti yang terdiri dari beberapa dosen, yaitu Dr. Heni Suryani, S.Pt, Kunaifi Wicaksana, S.Pt, M.Si., Harfina Rais, S.Pt, M.Si., dan Dina Tri Marya, S.Pt, M.Si., dibantu oleh dua mahasiswa dan melibatkan mitra dari Gubuk Usaha Maggot STBM Desa Renggas Jati, Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan.

Dalam penelitian ini, limbah sayur dan buah dari pasar tradisional digunakan sebagai media pertumbuhan maggot BSF.

Limbah tersebut difermentasi menggunakan Effective Microorganisms 4 (EM4) dan molasses. EM4 berfungsi untuk mempercepat pembusukan bahan organik, sementara molasses menyediakan sumber energi bagi mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi.

“EM4 digunakan untuk mempercepat pembusukan bahan organik, sedangkan molasses berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi,” jelas Melia Afnida dalam rilisnya, Kamis (22/8/2024).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah pasar yang melimpah sebagai media pertumbuhan maggot BSF.

Baca Juga:  Visi Progresif Anies Baswedan: Terhubungnya Bakauheni-Tanjungkarang-Kertapati Melalui Jalur Kereta Dobel Track

Hasil utamanya adalah produksi maggot BSF yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, menggantikan tepung ikan sebagai sumber protein.

Selain itu, sisa fermentasi limbah sayur dan buah diolah menjadi Pupuk Organik Cair (POC), yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan peternak.

Tim peneliti memantau berbagai parameter pertumbuhan larva BSF, seperti laju pertumbuhan, berat rata-rata, masa perkembangan, kelangsungan hidup, serta efektivitas fermentasi dalam meningkatkan kualitas POC.

Kandungan nitrogen (N) dan karbon organik (C-organik) dalam POC juga diukur untuk menilai kualitas pupuk yang dihasilkan.

Dr. Heni Suryani menambahkan, pemanfaatan larva Hermetia illucens sebagai agen biokonversi sampah organik tidak hanya berkontribusi pada pengelolaan limbah yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang baru dalam penyediaan bahan pakan alternatif yang lebih murah dan berkelanjutan.

Pendekatan zero waste yang diterapkan menunjukkan potensi besar dalam mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah pasar tradisional serta memberikan nilai ekonomi tambahan bagi masyarakat.

Baca Juga:  Kejayaan Universitas Teknokrat Indonesia di Pentas Kompetisi Robot Tematik Mahasiswa Indonesia

“Hasil penelitian ini diharapkan dapat diimplementasikan secara luas di sektor peternakan dan pertanian sebagai bagian dari upaya mengurangi dampak negatif limbah organik terhadap lingkungan,” ujar Dr. Heni Suryani.

Dengan inovasi ini, Politeknik Negeri Lampung semakin memperkuat perannya sebagai pusat pengembangan teknologi terapan yang memberikan solusi nyata bagi masalah lingkungan dan industri di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *