BERITA

Budidaya Berbasis Mikroba: Inovasi Pengganti Pupuk Kimia dari Pringsewu

124
×

Budidaya Berbasis Mikroba: Inovasi Pengganti Pupuk Kimia dari Pringsewu

Sebarkan artikel ini
Pengganti Pupuk Kimia, Pringsewu Berhasil Kembangkan Teknologi Budidaya Berbasis Mikroba
Pengganti Pupuk Kimia, Pringsewu Berhasil Kembangkan Teknologi Budidaya Berbasis Mikroba

Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Kabupaten Pringsewu telah menorehkan prestasi gemilang dalam mengembangkan teknologi Budidaya Berbasis Mikroba (BBM) yang menjadikan pupuk kimia kini tak lagi menjadi pilihan utama.

Teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas petani, tetapi juga menciptakan padi organik dengan masa tanam yang lebih singkat.

Pada Kamis (28/3/2024), Pj Bupati Pringsewu, Marindo Kurniawan, didampingi oleh para pejabat Pemerintah Kabupaten Pringsewu dan perwakilan Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Lampung, serta para pemangku kepentingan terkait, mengunjungi lokasi pengembangan teknologi BBM yang dilakukan melalui PT. Pringsewu Jaya Sejahtera, sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Marindo menjelaskan bahwa teknologi ini tidak hanya mampu menetralisir residu kimia tanah, tetapi juga menyediakan unsur hara tanaman secara dinamis, menghambat hama dan penyakit tanaman, serta meningkatkan kualitas kesuburan tanah secara keseluruhan.

Baca Juga:  Setelah Terlibat Pencurian Motor di Bandar Lampung, Polisi Terpaksa Menembak Pelaku di Kebun Karet Wilayah Tanjung Bintang

“Komponen inti dari Teknologi BBM adalah Konsorsium Mikroba Ghaly Tech (KMGT) yang terdiri atas Konsorsium Mikroba Padat (KMP) dan Konsorsium Mikroba Cair (KMC),” ungkap Marindo.

“Keunggulan teknologi ini adalah kemampuannya untuk memperbaiki lahan pertanian yang kritis, menggantikan pupuk kimia yang mahal dan langka, serta menerapkan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.”

Salah satu keberhasilan yang dihasilkan dari penerapan teknologi BBM adalah produksi padi organik dengan waktu panen yang lebih singkat.

Sebagai contoh, varietas benih padi Sintanur dapat dipanen hanya dalam 88 hari setelah tanam, dibandingkan dengan 110-120 hari pada varietas konvensional.

“Dengan pola tanam yang efisien dan teknologi BBM, hasilnya sungguh mengesankan,” jelas Marindo. “Nutrisi tanaman lebih baik, batang padi lebih kuat, dan masa panen lebih singkat.”

Marindo menegaskan bahwa tujuan dari penerapan teknologi ini adalah untuk memperbaiki lahan pertanian yang terdegradasi dan membantu dalam pengendalian inflasi dengan penyediaan komoditas pertanian yang diperlukan.

Baca Juga:  Tingkatkan Antusiasme! KPU Tanggamus Membuka Pendaftaran Seleksi Calon PPK untuk Pilkada 2024, Ini Dia Syaratnya!

Selain itu, hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah Kabupaten Pringsewu.

“Dengan langkah ini, Pringsewu berpotensi menjadi lumbung pangan organik yang tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga nasional dan bahkan internasional,” tambahnya.

“Ini adalah bukti nyata bahwa produk berkualitas dapat dihasilkan dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi inovatif.”

Dengan demikian, Pringsewu telah membuka lembaran baru dalam sejarah pertanian yang lebih berkelanjutan dan efisien, serta memperkuat identitasnya sebagai pusat inovasi pertanian di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *