BERITA

Transformasi Limbah Kulit Pisang oleh Tim Peneliti Mahasiswa Unila: Obat Luka Diabetes dan Energi Terbarukan

249
×

Transformasi Limbah Kulit Pisang oleh Tim Peneliti Mahasiswa Unila: Obat Luka Diabetes dan Energi Terbarukan

Sebarkan artikel ini
Tim Peneliti Mahasiswa Unila Ubah Limbah Kulit Pisang Jadi Obat Luka Diabetes dan Sumber Bioenergi
Tim Peneliti Mahasiswa Unila Ubah Limbah Kulit Pisang Jadi Obat Luka Diabetes dan Sumber Bioenergi

Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Mahasiswa Universitas Lampung (Unila) telah melakukan penelitian yang mengejutkan dengan mengubah limbah kulit pisang menjadi obat luka diabetes dan sumber bioenergi yang berkelanjutan.

Sebagaimana diketahui, Lampung dikenal sebagai produsen pisang terbesar di Indonesia, menghasilkan sekitar 16,52% dari total produksi nasional pada tahun 2019.

Pisang sering menjadi oleh-oleh yang populer bagi para wisatawan yang mengunjungi Lampung.

Namun, dengan produksi pisang yang sangat besar, terbentuklah permasalahan serius dalam pengelolaan limbah kulit pisang di daerah ini.

Dalam menghadapi tantangan ini, Tim PKM-RE 2023 dari Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang terdiri dari Norbertus Marcell, Rais Amaral Haq, Maureen Angelica, Gasela Zalianti, dan Vania Risyhade memutuskan untuk mencari cara untuk memanfaatkan limbah kulit pisang dalam bidang medis.

Gasela, salah satu anggota tim peneliti, mengungkapkan bahwa selama ini limbah kulit pisang dibuang tanpa pemanfaatan yang baik.

Oleh karena itu, sebagai calon tenaga kesehatan, mereka melihat potensi besar dalam kulit pisang sebagai bahan untuk obat luka diabetes.

Baca Juga:  Torehkan Prestasi! Yongky Permana, Mahasiswa Teknokrat Indonesia, Melangkah ke MSIB Batch 6 bersama Detikcom

Penelitian tim ini mengungkapkan bahwa kulit pisang mengandung berbagai senyawa seperti tanin, flavonoid, saponin, alkaloid, dan fenol.

Senyawa-senyawa ini memiliki potensi besar dalam penyembuhan ulkus diabetikum.

Ulkus diabetikum adalah luka terbuka yang sering terjadi pada penderita diabetes akibat kadar gula yang tinggi dalam tubuh.

Kadar gula yang tinggi dapat memperlambat penyembuhan luka dan bahkan dapat memerlukan amputasi jika tidak ditangani dengan baik.

Tim PKM-RE 2023 telah berhasil mengembangkan ekstrak kulit pisang yang mempercepat penyembuhan luka pada hewan uji.

Hal ini menjanjikan sebagai alternatif obat untuk mempercepat penyembuhan ulkus diabetikum, serta meningkatkan aspek estetika dalam proses penyembuhan.

Selain menjadi obat untuk ulkus diabetikum, mahasiswa Unila juga meneliti bagaimana mengubah limbah kulit pisang menjadi sumber bioenergi.

Baca Juga:  Langkah Besar: Bawaslu Tanggamus Rilis Nama 302 Anggota Panwaslu Lokal

Saat ini, krisis energi semakin memprihatinkan dengan semakin menipisnya sumber energi fosil.

Menurut data dari tahun 2020, minyak bumi di Indonesia diperkirakan akan habis dalam sembilan tahun ke depan, gas bumi dalam 22 tahun, dan batu bara dalam 65 tahun.

Oleh karena itu, pencarian sumber energi baru dan terbarukan menjadi semakin mendesak.

Lampung, sebagai salah satu penghasil pisang terbesar, menghadapi masalah serupa. Dalam tahun 2021, produksi pisang di Lampung mencapai 1,12 juta ton, yang menghasilkan limbah kulit pisang yang signifikan.

Namun, para peneliti dari Jurusan Kimia Unila telah menemukan solusi berkelanjutan yang menjanjikan.

Tim peneliti Unila yang terdiri dari Surya Ibrahim Samany, Arip Ramadani, Fransiska Valen Lintang A, dan Rima Soraya Permata Sari, dengan bimbingan dosen Mita Rilyanti, S.Si., M.Si., telah mengembangkan katalis ZSM-5 berbasis silika sugarcane bagasse ash (SCBA) untuk mengkonversi selulosa limbah kulit pisang menjadi bioenergi.

Baca Juga:  Rektor UBL, Yusuf Barusman, Sambut Kedatangan 101 Mahasiswa Program Pertukaran dari 55 Kampus

Mereka menggunakan abu ampas tebu, limbah dari industri gula yang mengandung tinggi silika, sebagai bahan baku utama.

Dengan memodifikasi katalis ini, tim berhasil meningkatkan aktivitas katalitiknya dalam menghasilkan glukosa dalam jumlah besar.

Hasil produksi glukosa dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bioenergi yang berkelanjutan, membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang semakin menipis.

Inovasi ini menunjukkan potensi besar dalam mengatasi masalah krisis energi dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang berlimpah di Lampung.

Semoga temuan ini memberikan kontribusi positif dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi dalam bidang kesehatan dan energi di daerah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *