Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Pusat Kajian Sejarah (Puskas) Sumatera Selatan (Sumsel) baru-baru ini menggelar penelitian mendalam terkait keberadaan gajah di wilayah Palembang.
Tim peneliti Puskas Sumsel, yang terdiri dari beberapa anggota terampil di bidangnya, turun ke lapangan selama tiga hari berturut-turut, dimulai dari tanggal 8 Mei 2024 hingga Jumat, 10 Mei 2024.
Menurut Ali Goik, salah satu anggota tim peneliti, banyak orang tidak menyadari bahwa Palembang memiliki populasi gajah yang cukup signifikan.
Hal ini menjadi alasan utama bagi Puskas Sumsel untuk menyelenggarakan penelitian ini, dengan harapan bisa meningkatkan kesadaran akan keberadaan hewan langka tersebut di kawasan tersebut.
Ketua Tim Puskas Sumsel, Dedi Irwanto, menjelaskan bahwa tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan sejarah serta kehidupan gajah, baik di masa lampau maupun masa kini, khususnya gajah Palembang.
Hasil penelitian tersebut direncanakan akan disusun menjadi sebuah buku pengetahuan yang akan menjadi salah satu sumbangan berharga bagi literasi tentang gajah di Sumatera Selatan.
Kemas A. Panji, seorang sejarawan dan anggota tim peneliti, menambahkan bahwa penyusunan buku hasil penelitian tersebut juga menjadi sebuah upaya untuk mengembalikan citra Sumsel sebagai rumah utama bagi gajah Sumatera.
Panji juga menyampaikan fakta menarik bahwa sebagian besar gajah yang dikenal berasal dari Lampung, sebenarnya berasal dari Sumsel, terutama dari kawasan Air Sugihan dan sekitarnya yang kemudian digiring ke Taman Nasional Way Kambas di Lampung.
Selain itu, tim peneliti juga menyempatkan diri untuk mengunjungi lima desa yang sering mengalami konflik dengan gajah, seperti Desa Bukit Batu, Simpang Heran, Banyu Biru, Srijaya Baru, dan Desa Jadi Mulya.
Di Desa Bukit Batu, mereka melakukan wawancara dengan penduduk setempat untuk mengidentifikasi akar masalah konflik antara manusia dan gajah.
Ali Goik menyoroti perubahan dalam pola konflik antara manusia dan gajah. Jika dulu cukup dengan kata-kata untuk mengusir gajah, kini diperlukan berbagai cara dan strategi yang lebih canggih.
Vebri Al-Lintani, anggota tim peneliti lainnya, menyampaikan bahwa sejarah telah menunjukkan adanya harmonisasi antara kehidupan gajah dan manusia di Sumsel.
Namun, dengan meningkatnya konflik belakangan ini, Puskas Sumsel berharap bisa menemukan solusi yang sesuai dengan kearifan lokal yang ada.
Melalui penelitian ini, Puskas Sumsel berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam menyelesaikan konflik antara manusia dan gajah di wilayah Air Sugihan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan keberadaan gajah Palembang bagi masyarakat Sumatera Selatan.