Media90 – Dosen dari Program Studi Pengembangan Produk Agroindustri Politeknik Negeri Lampung (Polinela) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang didanai oleh DIPA Polinela.
Kegiatan ini berfokus pada penerapan teknologi tepat guna di Desa Simbaringin, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi arang batok kelapa yang dihasilkan oleh kelompok tani setempat.
Kegiatan PkM yang berlangsung dari 3 Juli hingga 19 Juli 2024 ini akan terus berlanjut hingga September 2024.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mengoptimalkan rendemen arang dan mengurangi volume asap yang dihasilkan selama proses pengarangan, yang menjadi salah satu masalah utama dalam produksi arang tradisional.
Pengabdian ini diketuai oleh Kurnia Rimadhanti Ningtyas, S.T.P., M.Sc dan didukung oleh anggota tim lainnya seperti Fahrulsyah, S.Pi., M.T.P, Taufik Nugraha Agassi, S.T.P., M.Sc, M. Perdiansyah Mulia H, S.T.P., M.Si, Giffary Pramafisi Soeherman ST., M.T.P., dan Pridata Gina Putri, S.T.P., M. Si.
Ketua tim PkM, Kurnia Rimadhanti, menjelaskan bahwa kegiatan ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari diskusi dengan para pengusaha arang untuk menyamakan persepsi, hingga mendesain alat pirolisis atau karbonisasi yang diharapkan dapat menjadi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada para pengusaha arang di Desa Simbaringin.
“Tahap awal kegiatan ini berupa diskusi untuk memahami permasalahan yang dihadapi mitra, dilanjutkan dengan merancang alat karbonisasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” ujar Kurnia.
Dari hasil diskusi dan observasi di lapangan, tim PkM menemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh pengusaha arang di desa tersebut.
Pertama, proses pembakaran yang masih menggunakan alat konvensional menyebabkan kualitas arang tempurung kelapa yang dihasilkan belum memenuhi standar yang diharapkan.
Kedua, volume asap yang tinggi dari proses pembakaran berpotensi mencemari lingkungan sekitar, akibat minimnya pengetahuan mitra tentang desain alat pembakaran yang ramah lingkungan.
Ketiga, para mitra belum melakukan pemantauan suhu optimal selama proses pengarangan, yang seharusnya berada di kisaran 200-400 °C, karena kurangnya pengetahuan dan alat pemantau suhu yang memadai.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tim PkM melakukan beberapa upaya pendampingan.
Pridata Gina Putri, S.T.P., M.Si., salah satu anggota tim, menjelaskan bahwa timnya memberikan penyuluhan dan pelatihan terkait proses karbonisasi yang sesuai dengan standar nasional, serta kualitas mutu arang yang dihasilkan.
“Kami juga membantu dalam mendesain dan memodifikasi alat karbonisasi yang lebih ramah lingkungan, serta menyediakan alat ukur suhu seperti thermogun untuk memastikan proses pengarangan berlangsung pada suhu yang optimal,” kata Pridata.
M. Perdiansyah Mulia menambahkan bahwa demonstrasi teknologi tepat guna juga dilakukan untuk anggota kelompok tani Simbaringin.
“Tujuannya agar para anggota kelompok tani dapat memanfaatkan alat pembakaran yang ramah lingkungan, sehingga rendemen arang dapat meningkat di atas 10%, dan kualitas produk arang yang dihasilkan juga lebih baik,” ungkapnya.
Taufik Nugraha, yang juga merupakan anggota tim PkM, menyatakan bahwa kegiatan ini masih akan berlanjut hingga akhir September 2024.
Evaluasi terhadap pemahaman dan efektivitas penggunaan teknologi yang diterapkan akan dilakukan pada akhir kegiatan.
“Kami berharap teknologi yang kami terapkan dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi para pengusaha arang di Desa Simbaringin,” ujarnya.
Sementara itu, Fahrulsyah menambahkan bahwa pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan, baik dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas arang batok kelapa, maupun dalam melestarikan lingkungan di sekitar Desa Simbaringin.