Media90 – Kontaminasi mikroba pada daging dapat menyebabkan berbagai penyakit dan mempercepat kerusakan produk.
Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti dari Politeknik Negeri Lampung (Polinela) Jurusan Peternakan, yang terdiri dari ketua tim Susanti, S.Pt., M.Si., serta anggota Dr. Ir. Suraya Kaffi S., M.T.A., Cintia Agustin P., S.Pt., M.Si., dan Drh. Luh Putu Nadya Santika, M.Sc., melakukan penelitian mengenai potensi minyak esensial sereh (lemongrass) dalam mencegah pembusukan pada daging broiler.
Minyak esensial sereh, yang diperoleh dari tanaman Cymbopogon citratus, dikenal memiliki efek antimikroba.
Penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak esensial sereh pada pakan ayam broiler dapat mengurangi oksidasi lemak dan menghambat pertumbuhan mikroba pada daging selama penyimpanan pada suhu ruang.
“Minyak esensial sereh memiliki potensi besar sebagai pengawet alami untuk daging. Kandungan minyak esensial pada lemongrass berperan penting dalam menjaga kualitas daging broiler,” ujar Susanti dalam rilisnya pada Senin (26/8/2024).
Susanti menjelaskan bahwa beberapa aspek penting terkait penggunaan minyak esensial pada broiler meliputi kualitas daging, seperti penampilan, tekstur, kadar air, kekenyalan, aroma, rasa, dan kandungan nutrisi.
“Penelitian ini juga mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) No. 2, yaitu ‘Zero Hunger’, dengan menjamin kualitas dan keamanan daging yang lebih baik,” tambahnya.
Minyak esensial dari serai memiliki sifat antimikroba yang dapat menekan pertumbuhan mikroba pada daging ayam.
Susanti menambahkan bahwa hal ini penting untuk menjaga kebersihan dan kualitas daging, terutama dengan adanya pembatasan penggunaan antibiotik dalam industri pangan. Minyak esensial dapat menjadi alternatif alami antibiotik yang aman dan efektif.
Sereh mengandung senyawa aktif seperti citral dan geranial, yang dikenal memiliki sifat antimikroba kuat. Senyawa-senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan berbagai bakteri dan mikroba yang sering ditemukan pada daging.
“Flavonoid dalam serai juga berperan sebagai agen antimikroba. Flavonoid dapat merusak membran sel mikroba, mengganggu fungsi enzim, dan menghambat sintesis protein mikroba, sehingga sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba,” jelas Susanti.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa minyak atsiri dari serai dapat menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Minyak atsiri ini bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri, menyebabkan kebocoran isi sel, yang akhirnya mematikan bakteri tersebut.
Selain itu, Susanti menjelaskan bahwa serai juga dapat menurunkan pH lingkungan daging, menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan mikroba.
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan penggunaan minyak esensial sereh pada pakan broiler dapat menjadi solusi alami untuk memperpanjang masa simpan daging dan meningkatkan keamanan pangan.
Penelitian ini juga memberikan alternatif alami yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan kimia sintetis, menunjukkan potensi besar minyak esensial sereh dalam industri peternakan dan pangan serta membuka peluang baru untuk inovasi produk daging yang lebih sehat dan aman.