Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bandar Lampung bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Lampung telah menggelar pelatihan manajemen keuangan bagi 300 takmir masjid.
Kegiatan ini berlangsung di Auditorium Kantor BI Lampung, Jalan Hasanuddin Nomor 38, Bandar Lampung pada Senin (18/3/2024).
Ketua DMI Bandar Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, mengungkapkan bahwa pelatihan tersebut merupakan langkah khusus dalam merintis kegiatan ekonomi umat.
“Kami berupaya merintis kegiatan pengembangan umat melalui masjid sebagai penggerak aktifitas ekonomi umat,” ujar Rahmat Mirzani Djausal dalam sambutannya.
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pengurus masjid.
Menurut Mirza, meningkatkan SDM takmir masjid sangat penting agar pengelolaan masjid menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi umat.
Pelatihan ini difokuskan untuk ketua dan bendahara masjid dengan tema ‘1001 Masjid Go Digital’.
Narasumber utama kegiatan ini adalah KH Ustad Yazer, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta, yang membahas tentang ‘Manajemen Keuangan Masjid di Era Digital’.
Menurut Mirza, pemilihan Masjid Jogokariyan sebagai narasumber tidak lain karena masjid tersebut dianggap sebagai contoh nyata dalam memakmurkan masjid.
Takmir masjid Jogokariyan dinilai berhasil tidak hanya dalam memakmurkan peribadatan, tetapi juga dalam menggerakkan perekonomian, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sekitar masjid.
Selain KH Ustad Yazer, narasumber dari BI Lampung juga turut hadir dengan tema ‘Ekonomi Syariah dan Pemberdayaan UMKM’.
Sesi diskusi panel juga mengulas penggunaan QRIS dengan melibatkan narasumber dari BI, DMI Yogyakarta, dan Bank DKI Syariah.
Mentalitas Kekayaan dalam Pengelolaan Dana Masjid
Dalam pemaparannya, KH Ustad Yazer menggarisbawahi pentingnya memiliki mentalitas kekayaan dalam mengelola dana masjid.
Menurutnya, takmir masjid harus bersedia mengeluarkan dana untuk kepentingan jemaah, fasilitas masjid, dan agenda masjid tanpa rasa kikir.
“Semakin banyak masjid melayani dan memfasilitasi jemaahnya, semakin besar pula infak yang masuk,” jelas KH Yazer.
Beliau juga menjelaskan karakteristik pengelolaan dana Masjid Jogokariyan, yang meliputi pemahaman dan kesadaran berinfak jemaah, mempermudah partisipasi, tidak membebani, memperhatikan kearifan lokal, membuka ruang kreativitas, serta menjaga transparansi.
Masjid Jogokariyan menerapkan Gerakan Jamaah Mandiri, di mana jemaah diharapkan mampu membiayai sendiri aktivitas ibadahnya di masjid.
Melalui gerakan ini, terjadi peningkatan signifikan dalam pemasukan infak, yang seluruhnya digunakan untuk memaksimalkan layanan masjid bagi jemaah.
Pemberdayaan Ekonomi dan Transparansi Keuangan
Di bidang pemberdayaan ekonomi, Masjid Jogokariyan telah sukses meningkatkan sektor UMKM di sekitarnya.
Dengan menjalankan usaha otonom dan profesional, masjid tersebut berhasil menciptakan lapangan kerja serta menyumbang pada perekonomian lokal tanpa mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah.
KH Yazer menegaskan pentingnya transparansi keuangan untuk menjaga kepercayaan jemaah.
Semua laporan keuangan harus dapat diakses oleh siapa pun yang membutuhkannya, sementara kegiatan yang dibiayai oleh donatur khusus harus disampaikan secara rinci kepada pihak terkait.
Dengan pelatihan ini, diharapkan takmir masjid dapat menjadi lebih mandiri dalam mengelola keuangan masjid dan mengembangkan ekonomi umat, sehingga masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat penggerak ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.