Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Di tengah keprihatinan atas masalah stunting yang merajalela di Indonesia, mahasiswa dari Universitas Malahayati dan Universitas Muhammadiyah Pringsewu mengambil inisiatif untuk memberikan kontribusi positif dalam upaya pencegahan stunting.
Melalui program pengabdian kepada masyarakat, mereka bergandengan tangan untuk merangkul masyarakat di Pekon Tugurejo, Tanggamus, Lampung.
Stunting, sebuah kondisi yang menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, telah menjadi masalah nasional yang membutuhkan perhatian serius.
Dalam upaya memahami dampaknya, Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 oleh Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa angka stunting di tingkat nasional mencapai 21,6 persen.
Sayangnya, angka ini masih jauh dari target pemerintah yang ingin menguranginya menjadi di bawah 14 persen pada tahun 2024.
Masalah stunting juga dirasakan dengan cukup kuat di Lampung, khususnya di kabupaten Tanggamus, dengan tingkat stunting mencapai 20,4 persen.
Bahkan pada tahun 2021, Tanggamus pernah menjadi kabupaten dengan kasus stunting tertinggi di Lampung.
Mencermati situasi ini, Universitas Malahayati Bandar Lampung merasa terpanggil untuk turut serta dalam upaya menurunkan angka stunting tersebut.
Pada bulan Juli hingga Agustus 2023, Universitas Malahayati meluncurkan program pengabdian kepada masyarakat dengan mengirimkan tim mahasiswa untuk melaksanakan program kuliah kerja nyata (KKN) yang fokus pada pencegahan stunting.
Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Pringsewu, menjadikan program ini sebagai wujud kolaborasi yang tangguh.
Dalam proses pelaksanaannya, mahasiswa diberikan tugas untuk melakukan pendataan terhadap keluarga yang memiliki bayi dan balita di Pekon Tugurejo.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi masalah yang ada. Dengan berdasarkan data ini, mahasiswa berinteraksi dengan pihak Pekon Tugurejo untuk menggali solusi bersama.
Kegiatan ini melibatkan berbagai pendekatan untuk mencapai tujuan pencegahan stunting. Mahasiswa memberikan penyuluhan kepada remaja tentang pentingnya tidak menikah pada usia dini dan kesadaran akan kesehatan reproduksi.
Selain itu, melalui program dapur sehat atasi stunting (Dahst), mereka memberikan makanan tambahan kepada balita yang memiliki gizi yang kurang, dengan memanfaatkan potensi lokal di sekitar pekon.
Aspek lain yang tidak kalah penting adalah menyadarkan para ayah tentang pentingnya tidak merokok di dalam rumah.
Mahasiswa berkolaborasi dengan penyuluh dari BKKBN Lampung untuk memberikan penyuluhan kepada ayah-ayah di Pekon Tugurejo.
Harapannya adalah mengurangi risiko anak-anak terpapar polutan berbahaya dari rokok.
Dalam upaya ini, mahasiswa juga melibatkan komponen ekonomi dengan memberikan pendidikan mengenai pengelolaan keuangan yang lebih bijak kepada para ayah.
Dengan mengalihkan biaya rokok ke biaya konsumsi pangan, diharapkan kebutuhan nutrisi keluarga dapat terpenuhi dengan lebih baik.
Selain itu, mahasiswa juga berfokus pada pemberdayaan kader Posyandu Balita. Melalui penyegaran dan pelatihan, para kader ini akan lebih siap memberikan pelayanan kepada keluarga yang memiliki bayi dan balita.
Alat-alat pengukuran panjang dan berat badan bayi digital juga diserahkan kepada Posyandu sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan pelayanan.
Kepala Pekon Tugurejo, Eka Juansyah, mengungkapkan apresiasi dan kebahagiaannya atas kontribusi mahasiswa.
Dia berharap bahwa kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut di masa depan, meskipun dengan tema yang berbeda dari stunting.
Kontribusi mahasiswa dalam upaya pencegahan stunting di Pekon Tugurejo adalah sebuah contoh nyata bagaimana pendidikan tinggi dapat berperan dalam mendorong perubahan positif di masyarakat.