Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Dosen dari Universitas Malahayati di Bandar Lampung telah berhasil menciptakan inovasi luar biasa dengan mengubah kulit pisang yang selama ini seringkali dibuang menjadi cemilan kerupuk kulit pisang yang mereka sebut “Kulipang.”
Inovasi ini tidak hanya memberikan solusi untuk mengurangi limbah kulit pisang, tetapi juga meningkatkan nilai gizi makanan lokal dan memberikan dorongan ekonomi bagi masyarakat Lampung.
Lampung dikenal sebagai salah satu daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia.
Namun, selama ini, masyarakat Lampung umumnya hanya mengkonsumsi buah pisangnya saja, sementara kulitnya seringkali dianggap sebagai limbah yang tidak memiliki nilai.
Namun, penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa kulit pisang mengandung berbagai nutrisi berharga, termasuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan senyawa antioksidan.
Dosen Universitas Malahayati Bandar Lampung yang terlibat dalam penelitian ini, Dwi Marlina Syukri, S.Si., M.BSc., PhD, berhasil mengubah paradigma ini dengan menciptakan kerupuk Kulipang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerupuk Kulipang memiliki kadar protein sebesar 0.24 persen, yang tidak berbeda secara signifikan dari kerupuk udang yang digunakan sebagai kontrol (p > 0.05).
“Selain protein, kerupuk Kulipang juga kaya akan kalsium, zat besi, vitamin B, vitamin C, dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi,” ungkap Dwi Marlina Syukri.
Inovasi ini bukan hanya sekadar meningkatkan nilai gizi kerupuk, tetapi juga memberikan dampak positif dalam mengurangi limbah kulit pisang, memberikan dorongan ekonomi bagi masyarakat lokal, dan mempromosikan penggunaan bahan pangan lokal untuk pasar global.
“Kerupuk Kulipang memiliki potensi besar sebagai bahan makanan yang dapat membantu mencegah berbagai masalah kesehatan seperti stunting dan kanker, berkat kandungan gizi yang tinggi dari kulit pisang,” tambah Dwi Marlina Syukri.
Inovasi ini tidak hanya menciptakan produk yang berguna, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana pengolahan limbah dapat menjadi peluang untuk meningkatkan nilai ekonomi dan kesehatan masyarakat lokal.
Tim peneliti yang terlibat dalam inovasi ini termasuk Dr. Mala Kurniati, S.Si., M.Biomed, dan Dr. Tessa Sjahriani, dr. M.kes, selain Dwi Marlina Syukri yang memimpin penelitian ini.
Inovasi kerupuk Kulipang telah membuka jalan bagi pemanfaatan lebih efisien sumber daya alam, meningkatkan nilai gizi makanan lokal, dan mempromosikan keberlanjutan dalam pengolahan makanan.
Semoga inovasi ini menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk mengeksplorasi potensi yang ada dalam mengubah limbah menjadi peluang yang berharga untuk masyarakat dan lingkungan.