Media90 – Dalam rangka mengurangi limbah dan menciptakan kemasan makanan yang lebih berkelanjutan, inovasi baru terus dikembangkan, salah satunya adalah pembuatan edible film.
Limbah kulit udang dan kulit singkong, yang selama ini sering dianggap sebagai sampah, ternyata memiliki potensi besar untuk diolah menjadi edible film atau kemasan makanan yang dapat dimakan.
Tim peneliti dari Politeknik Negeri Lampung (Polinela), yang dipimpin oleh Tiara Kurnia Khoerunnisa, ST., MTP, bersama dengan Liana Verdini, S.TP., M.Si, Giffary Pramafisi Soeherman, ST., MTP, serta dua mahasiswa lainnya, berhasil mengembangkan edible film antimikroba dari limbah kulit udang dan pati kulit singkong.
Dalam penelitian ini, tim melakukan serangkaian eksperimen untuk menguji sifat-sifat fisik, kimia, dan antimikroba dari edible film yang dikembangkan.
“Kami melihat potensi besar dari limbah kulit udang dan kulit singkong yang selama ini sering terbuang percuma,” ujar Tiara Kurnia, ketua tim peneliti, dalam rilisnya pada Rabu (14/8/2024).
Tiara menjelaskan bahwa dengan mengolah limbah ini menjadi edible film, tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan alternatif kemasan yang lebih ramah lingkungan.
Edible film sendiri adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan alami, seperti pati, protein, atau polisakarida, yang dapat melapisi permukaan makanan.
Keunggulan edible film dibandingkan dengan kemasan plastik konvensional adalah sifatnya yang ramah lingkungan, biodegradable, dan mampu memberikan nilai tambah pada makanan, seperti memperpanjang masa simpan.
Edible film hasil penelitian tim Polinela ini juga memiliki sifat antimikroba yang dapat memperpanjang masa simpan makanan.
Selain itu, penggunaan limbah kulit udang dan pati kulit singkong sebagai bahan baku menjadikan kemasan ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mampu terurai secara alami.
Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif bagi permasalahan sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan.
Dengan menggunakan kemasan makanan yang dapat dimakan, kita tidak hanya mengurangi produksi sampah, tetapi juga turut menjaga kelestarian lingkungan.