Media90 – Politeknik Negeri Lampung (Polinela), melalui Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, terus berkomitmen untuk memperkuat kontribusinya dalam bidang perkebunan dengan melaksanakan berbagai penelitian inovatif.
Salah satu fokus terbaru tim peneliti Polinela adalah pengelolaan gulma melalui analisis vegetasi dan simpanan biji gulma dalam tanah pada berbagai sistem olah tanah.
Penelitian ini dipimpin oleh Resti Puspa Kartika Sari, S.P., M.Si., bersama anggota tim Ir. Bambang Utoyo, M.P., dan Lu’lu’ Kholidah Fauziah, S.Si., M.Sc. Mereka berusaha menemukan sistem olah tanah yang paling efektif dalam menekan pertumbuhan gulma.
Menurut Resti Puspa, gulma merupakan salah satu tantangan utama dalam budidaya tanaman perkebunan, karena dapat bersaing dengan tanaman pokok dalam memperoleh nutrisi, air, dan cahaya, yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil produksi.
“Gulma di lahan perkebunan dapat menghambat proses pemupukan, pemanenan, dan pengangkutan hasil panen. Oleh karena itu, pengendalian gulma menjadi hal yang sangat penting,” ungkap Resti Puspa dalam rilis yang diterima Media90 pada Sabtu (24/8/2024).
Resti Puspa menjelaskan bahwa salah satu cara pengendalian gulma yang efektif adalah melalui pengolahan tanah.
Terdapat dua pendekatan utama dalam pengolahan tanah, yaitu sistem olah tanah konvensional (intensif) dan sistem olah tanah konservasi (minimum).
Sistem olah tanah intensif melibatkan penggemburan tanah secara terus-menerus menggunakan mesin atau alat pertanian untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah.
Sebaliknya, sistem olah tanah konservasi lebih memfokuskan pada konservasi air dan tanah, dengan menggunakan sisa tanaman atau gulma sebagai mulsa untuk menekan pertumbuhan gulma.
Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Lampung dan Polinela yang telah dimulai sejak 1987.
Kajian mengenai sistem olah tanah dan residu pupuk Nitrogen adalah bagian dari penelitian jangka panjang yang kini memasuki tahun ke-34 setelah lahan mengalami masa bera selama dua tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem olah tanah konservasi, seperti sistem olah tanah minimum tanpa residu pupuk nitrogen dan tanpa olah tanah dengan residu dari pemupukan nitrogen 100 kg per hektar pada tahun 2021, mampu menekan pertumbuhan gulma hingga tahun 2024.
Dalam sistem ini, alat berat pertanian tidak digunakan untuk membalik tanah, sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran biji gulma dari dalam ke permukaan tanah.
Tim peneliti Polinela berkomitmen untuk melanjutkan penelitian ini guna memantapkan kebijakan pengendalian gulma yang mendukung pertanian berkelanjutan.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif bagi para pelaku usaha perkebunan dalam menghadapi masalah gulma.