Media90 – Tim dosen dari Program Studi Pengembangan Produk Agroindustri Politeknik Negeri Lampung (Polinela) tengah mengembangkan inovasi teknologi berbasis edible film dari ekstrak antosianin buah naga merah sebagai biosensor untuk mendeteksi kesegaran ikan gurame (Osphronemus goramy).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi praktis bagi konsumen dan produsen dalam memantau kualitas ikan gurame secara real-time, tanpa memerlukan peralatan laboratorium yang rumit.
Dipimpin oleh Pridata Gina Putri, S.T.P., M.Si., penelitian ini melibatkan beberapa dosen ahli lainnya, yakni Kurnia Rimadhanti Ningtyas, S.T.P., M.Sc., Deary Amethy Zahrotinufus Joen, S.T.P., M.Si., Fahrulsyah, S.Pi., M.T., dan Taufik Nugraha Agassi, S.T.P., M.Sc..
Mereka bekerja sama mengembangkan biosensor inovatif yang tidak hanya fungsional, tetapi juga ramah lingkungan.
Penelitian ini mencakup beberapa tahapan penting sebelum sampai pada pengaplikasiannya di industri perikanan.
Tahap pertama adalah uji stabilitas ekstrak antosianin dari buah naga merah untuk menguji ketahanan pigmen warna antosianin terhadap perubahan pH.
Pigmen ini akan menjadi bahan utama dalam edible film yang digunakan sebagai biosensor kesegaran ikan.
“Antosianin adalah pigmen yang sensitif terhadap perubahan pH, sehingga bisa digunakan sebagai indikator mutu kesegaran. Setelah uji stabilitas, kami melanjutkan dengan proses pembuatan edible film yang diintegrasikan dengan biosensor tersebut,” ujar Gina.
Edible film ini dirancang untuk diaplikasikan langsung pada ikan gurame dan dapat mendeteksi perubahan kualitas ikan melalui perubahan warna.
Tahap terakhir dari penelitian ini adalah pengujian biosensor tersebut secara langsung pada produk ikan gurame.
“Biosensor bekerja dengan mendeteksi perubahan mutu ikan melalui warna edible film. Ketika ikan masih segar, warna yang dihasilkan adalah kuning kecokelatan.
Namun, seiring dengan penurunan mutu atau ketika ikan mulai membusuk, warnanya akan berubah menjadi kuning terang,” jelas Gina.
Perubahan warna yang signifikan ini menjadi tanda visual yang mudah dipahami oleh konsumen, sehingga mereka bisa mengetahui dengan pasti kondisi kesegaran ikan gurame.
Inovasi ini diharapkan dapat mengurangi risiko penurunan kualitas ikan selama proses penyimpanan dan distribusi.
Selain memberikan manfaat praktis bagi konsumen dan pedagang ikan, edible film berbasis antosianin ini juga memiliki nilai tambah karena ramah lingkungan.
Bahan dasar alami dari ekstrak buah naga merah sejalan dengan upaya global untuk mengurangi penggunaan plastik dan bahan kimia berbahaya dalam industri pangan.
Pridata Gina Putri berharap inovasi ini dapat diadopsi oleh industri perikanan untuk meningkatkan kualitas produk dan menjaga kesegaran ikan hingga sampai ke tangan konsumen.
“Kami berharap teknologi ini bisa menjadi solusi praktis yang membantu menjaga mutu produk ikan dan memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk tersebut masih dalam kondisi terbaiknya,” ungkapnya.
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk kontribusi nyata Politeknik Negeri Lampung dalam pengembangan inovasi teknologi tepat guna, khususnya di bidang agroindustri.
Dengan inovasi biosensor ini, diharapkan daya saing produk perikanan lokal di pasar nasional maupun internasional dapat meningkat, serta mendukung keberlanjutan lingkungan melalui penggunaan bahan alami yang aman dan berkelanjutan.