Media90 – Sudah menjadi kebiasaan bahwa media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita.
Nyaris tak seorang pun bisa lepas dari daya tarik media sosial. Berapa jam pun bisa terhabiskan hanya untuk menjelajahi konten di media sosial, menatap layar gadget tanpa henti.
Namun, penggunaan gadget yang berlebihan seringkali lebih merugikan ketimbang menguntungkan.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk sesekali beristirahat sejenak (hiatus) guna mendapatkan manfaat, terutama bagi kesehatan mental. Berikut adalah tiga gejala yang perlu diwaspadai dari aktivitas media sosial:
1. Mulai Memengaruhi Kesehatan Mental
Tak jarang media sosial dipenuhi dengan konten yang membandingkan penampilan dan kehidupan seseorang, serta menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh orang lain. Konten semacam ini bagi sebagian orang bisa menjadi racun.
Melihat orang lain berkembang terkadang dapat membuat seseorang merasa sangat rendah diri. Melihat pencapaian orang lain yang belum pernah dicapai bisa memicu perbandingan yang tidak sehat, membuat seseorang merasa tertinggal dalam hidup.
Kadang-kadang, kita membuka Instagram, TikTok, atau Facebook dengan tujuan mendapatkan inspirasi atau sekadar istirahat dari rutinitas pekerjaan yang padat.
Namun, tiba-tiba saja kita mulai membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Di situlah masalahnya dimulai. Jika kondisi ini terus berlanjut, kemungkinan besar akan berdampak pada kesehatan mental.
Dalam situasi di mana kesehatan mental terganggu, sangat disarankan untuk menjauh dari media sosial, setidaknya untuk sementara waktu. Hindari membuka akun media sosial di pagi hari.
2. Terjebak dalam Doomscrolling
Mungkin banyak dari kita pernah mendengar istilah doomscrolling. Meskipun memiliki banyak waktu untuk belajar atau bekerja, banyak orang justru menunda-nunda tugas demi menghabiskan berjam-jam hanya untuk menggulir konten media sosial.
Tanpa disadari, setengah hari telah berlalu. Tidak hanya menghabiskan waktu, menggulir konten yang tidak perlu membuat kita kehilangan jejak waktu, tetapi juga membuat kita merasa sangat lelah di akhir hari.
Apa yang seharusnya menjadi istirahat sebentar untuk melihat Instagram atau TikTok selama lima menit, setelah rutinitas pekerjaan yang padat, bisa berubah menjadi satu jam yang menguras seluruh energi kita.
Jika sudah seperti itu, kita akhirnya kehilangan energi yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk menjauh dari media sosial saat sedang bekerja atau belajar.
3. Posting Mulai Terasa seperti Kewajiban
Media sosial seharusnya menjadi sumber relaksasi, bukan sebaliknya. Saat merasa terpaksa untuk memposting sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting, itu pertanda kita sudah kecanduan. Saatnya untuk menjauh dari media sosial.
Terkadang, setiap kali masuk ke media sosial seperti Instagram, kita melihat semua orang berkembang kecuali diri kita sendiri.
Perasaan ini mendorong kita untuk merasa wajib memposting sesuatu, bukan karena kebutuhan, tetapi hanya agar terlihat seperti orang lain, sedang aktif.
Akhirnya, hal ini bisa menjadi tekanan dan membuat kita merasa harus memposting sesuatu di media sosial setiap hari.
Lebih buruknya lagi, keinginan untuk memposting sesuatu juga bukan karena kepuasan pribadi, melainkan demi mendapat banyak likes dan pengikut. Padahal, itu belum tentu tercapai.
Hubungan kita dengan media sosial seharusnya positif dan konstruktif. Namun, tekanan untuk terus memposting sesuatu bisa mengubah hubungan yang positif menjadi hubungan yang beracun.
Jika kamu merasakan semua gejala di atas, itu pertanda sudah saatnya untuk menyadari bahwa detoksifikasi media sosial tak boleh ditunda lagi. Berhentilah sejenak, bahkan jika hanya untuk menonaktifkan semua akun media sosial kamu.