Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Kasus rangka eSAF yang ternyata berkarat dan mudah patah telah mendatangkan imbas yang signifikan terhadap pasar motor bekas Honda di Indonesia.
Penelusuran kami mengungkapkan bahwa banyak pedagang motor bekas yang kini menolak motor Honda dengan rangka eSAF.
Ini merupakan sebuah perkembangan menarik yang menciptakan pergeseran dalam dinamika pasar sepeda motor bekas di Tanah Air.
Model Sepeda Motor Terlaris
Seiring dengan kasus rangka eSAF yang mencuat, sepeda motor Honda keluaran tahun 2021 ke atas, seperti Genio, Scoopy, dan Vario 160, menjadi model yang paling banyak dijual.
Para pedagang motor bekas di daerah Bekasi, Jawa Barat, mengonfirmasi tren ini.
Salah satunya adalah Bang Acoi, seorang pedagang yang memutuskan untuk berhenti berjualan sepeda motor Honda bekas.
Ia menyatakan bahwa saat ini banyak pedagang motor bekas yang menghindari motor Honda dengan rangka eSAF.
“Iya showroom pada nggak berani. Konsumen juga nggak ada permintaan, orang pada nahan. Barang eSAF pada dikeluarin dulu,” ujar Bang Acoi.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sekarang sepeda motor Honda dengan rangka eSAF lebih sulit terjual dibandingkan dengan yang tidak menggunakan rangka eSAF.
“Dulu itu gampang sekali jualannya ibarat kayak kacang seminggu bisa laku tiga unit. Sekarang, beda jauh. Sulit jualannya,” ujar pria ini.
Harga Terjerembab
Harga motor bekas Honda juga mengalami penurunan yang signifikan setelah muncul isu rangka yang mudah patah dan karat.
Contohnya, Honda Scoopy 2021 yang sebelumnya dijual seharga Rp14 juta, kini hanya dijual sekitar Rp13 juta.
Ini merupakan penurunan harga yang cukup parah, yang juga memengaruhi pemilik yang ingin menjual motor mereka kepada pedagang.
Sebelum muncul isu rangka eSAF, Bang Acoi mengaku bahwa ia masih sangat mudah menjual motor bekas Honda di pasaran kepada konsumen.
“Saya sempat ditawarin Vario CBS 160 2023 harganya Rp21,5 juta. Tapi nggak berani ambil.
Kalau sebelum kasus ini, saya jual Rp23 juta pun lakunya cepat,” bebernya.
Ia berharap agar kondisi seperti ini dapat membaik di masa depan agar perputaran bisnis motor bekas Honda kembali lancar.
Tren Pasar Motor Bekas Honda
Masalah kasus rangka eSAF yang bermasalah menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi penjualan motor bekas Honda.
Tidak mengherankan jika saat ini pasar motor bekas Honda lebih cenderung menampung dan menjual motor produksi tahun 2020 ke bawah, yang tidak terpengaruh oleh masalah rangka eSAF.
Hal serupa juga diamini oleh Deni Ferlindungan, Marketing Manager UC Auction milik Carsome di Ciputat, Tangerang Selatan.
Ia mengakui bahwa permintaan lelang terhadap sepeda motor bekas Honda dengan rangka non eSAF sangat tinggi.
“Iya, motor Honda yang non eSAF kalau dilelang ini laku keras. Soalnya motor bekas saat ini langka, jadi kalau ada unit non-eSAF pasti diambil pedagang,” ujarnya.
Pengaruh pada Pasar Saham Astra
Efek dari kasus rangka yang bermasalah juga terasa pada pasar saham grup Astra.
Pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham Astra International (ASII) turun 0,39% menjadi Rp 6.450.
PT Astra Otoparts Tbk (AOP/AUTO) juga mengalami penurunan dari 2,16% menjadi Rp 3.170.
Sementara PT Dharma Polimetal TBK (DRMA) mengalami penurunan paling dalam, yaitu sebesar 3,75% hingga mencapai level Rp 1.540.
Data dari RTI Business menunjukkan bahwa saham DRMA mengalami penurunan sebesar 6,1% dalam sepekan terakhir, sedangkan ASII turun 1,15% dan AUTO turun 1,5%.
Keseluruhan, kasus rangka eSAF Honda tidak hanya mempengaruhi pasar motor bekas tetapi juga pasar saham Astra secara keseluruhan.
Diperlukan upaya dan pemulihan yang kuat untuk mengembalikan kepercayaan konsumen dan investor dalam jangka panjang.