Media90 (media.gatsu90rentcar.com) – Tim peneliti dari Program Studi Hortikultura Politeknik Negeri Lampung (Polinela) yang dipimpin oleh Desty Aulia Putrantri, S.P., M.P., telah menjalankan uji coba efektivitas pupuk BIOSAKA pada tanaman jagung manis.
Proyek penelitian ini melibatkan anggota tim, antara lain Reza Zulfahmi, S.P., M.P., Ailsa Azalia, S.T.P., M.T.P., dan sejumlah mahasiswa dari Prodi Hortikultura.
Pupuk BIOSAKA, sebuah inovasi terbaru dalam pertanian, dikembangkan oleh petani dengan memanfaatkan bahan-bahan baru yang melimpah di alam.
Fokus pengembangan BIOSAKA adalah menciptakan solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Pupuk ini berupa larutan ekstrak tumbuhan yang berperan sebagai elisitor, mampu merangsang respons pertumbuhan tanaman.
Pertanian jagung manis seringkali dihadapkan pada berbagai kendala, termasuk rendahnya kesuburan tanah dan biaya tinggi untuk pupuk kimia sintetik.
Kendati begitu, pertumbuhan dan produksi jagung manis sangat responsif terhadap pemupukan yang baik. Desty Aulia Putrantri mengungkapkan, “Petani sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan pupuk, terutama yang bersubsidi. Kebijakan baru pemerintah dalam penyaluran pupuk bersubsidi membuat petani harus membeli pupuk non-subsidi yang harganya lebih tinggi.”
Pada pertengahan tahun 2022, Kementerian Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 yang mengatur tata cara alokasi dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian.
Desty menyampaikan bahwa kebijakan tersebut menyebabkan petani dengan komoditas tanaman tertentu kehilangan alokasi pupuk bersubsidi.
Dalam upaya mengatasi tantangan ini, peneliti menemukan bahwa penggunaan BIOSAKA dapat mengurangi dosis pupuk kimia sintetik dan pestisida hingga 50% – 90%.
“Biosaka bukan hanya mengurangi ketergantungan pada bahan kimia, tetapi juga meningkatkan produksi secara signifikan,” jelas Desty.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi BIOSAKA tidak hanya mampu mengurangi dosis pupuk kimia sintetik, tetapi juga dapat digunakan bersamaan dengan pemupukan NPK Mutiara dosis 150 kg/ha untuk menghasilkan produksi yang setara dengan penggunaan pupuk NPK Mutiara dosis 300 kg/ha.
Temuan ini menjanjikan sebagai langkah progresif menuju pertanian yang lebih efisien, berkelanjutan, dan ekonomis.