Media90 – Budidaya tanaman perkebunan selama ini sangat bergantung pada penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus.
Penggunaan pupuk kimia yang sering kali berlebihan tidak hanya mengurangi kesuburan tanah, tetapi juga meninggalkan residu yang tidak diserap oleh tanaman.
Akibatnya, tanah menjadi lengket, keras, dan masam, mengurangi produktivitas lahan dalam jangka panjang.
Untuk menjawab tantangan ini, Politeknik Negeri Lampung (Polinela), melalui Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, berupaya meminimalisir dampak negatif penggunaan pupuk kimia dengan beralih ke solusi yang lebih ramah lingkungan.
Tiga dosen dari jurusan tersebut, yaitu Novi Safitri, S.P., M.Si., Nindy Permatasari, S.Pd., M.Sc., dan Lu’lu’ Kholidah Fauziah, S.Si., M.Sc., tengah melakukan penelitian penting mengenai fungi mikoriza arbuskular (FMA) pada beberapa lahan komoditas perkebunan yang dikelola Polinela.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman FMA di lahan perkebunan, serta mengeksplorasi hubungan simbiosis antara FMA dan tanaman perkebunan.
FMA dikenal memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman melalui peningkatan penyerapan nutrisi dan air dari tanah.
Selain itu, penelitian ini juga akan mengungkap sejauh mana tanaman perkebunan bergantung pada fungi mikoriza untuk meningkatkan produktivitas mereka.
Menurut Novi Safitri, penelitian ini akan memberikan informasi penting terkait keberagaman fungi mikoriza yang hidup di rhizosfer atau zona akar tanaman perkebunan.
“Hasil dari penelitian ini nantinya akan dikembangkan menjadi starter pupuk hayati berbasis fungi mikoriza yang dapat diaplikasikan ke berbagai jenis tanaman perkebunan,” jelas Novi.
Dengan pendekatan ini, pupuk hayati yang dihasilkan diharapkan dapat membantu tanaman memaksimalkan penyerapan nutrisi dari tanah secara alami, sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Sebagai satu-satunya perguruan tinggi vokasi di Provinsi Lampung, Polinela memiliki komitmen kuat untuk menerapkan hasil penelitiannya secara langsung ke masyarakat, khususnya para petani lokal.
“Penelitian ini merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi FMA endemik yang ada di Lampung. Kami berencana memperbanyak dan memproduksi fungi mikoriza ini sebagai pupuk hayati yang bisa digunakan oleh petani lokal,” tambah Novi.
Proses penelitian ini memerlukan beberapa tahapan dan waktu yang cukup panjang, termasuk pengujian laboratorium dan uji lapangan.
Namun, Novi optimis bahwa hasil dari penelitian ini akan memberikan solusi berkelanjutan untuk pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Ia berharap pupuk hayati berbasis fungi mikoriza ini dapat diterima dan digunakan oleh masyarakat petani sebagai alternatif yang lebih sehat dan efisien dalam jangka panjang.
Dengan upaya ini, Polinela tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kualitas pertanian di Lampung, tetapi juga mendukung terciptanya sistem pertanian berkelanjutan yang lebih selaras dengan kelestarian lingkungan.