Media90 – Infeksi bakteri Escherichia coli masih menjadi tantangan serius dalam budidaya ayam broiler. Serangan bakteri ini dapat memicu penyakit colibacillosis yang menyerang sistem pencernaan unggas. Dampaknya cukup besar, mulai dari menurunnya produksi daging, meningkatnya biaya pengobatan, hingga tingginya angka kematian ayam.
Selama ini, penggunaan antibiotik menjadi salah satu upaya utama untuk mengatasi masalah tersebut. Namun, penggunaan antibiotik dalam jangka panjang menimbulkan risiko, di antaranya residu berbahaya bagi konsumen serta resistensi mikroorganisme yang membuat penyakit semakin sulit dikendalikan.
Sebagai alternatif, para peneliti mulai melirik fitobiotik—senyawa alami dari tumbuhan yang memiliki sifat antimikroba sekaligus mampu meningkatkan daya tahan tubuh unggas. Salah satu tanaman yang dinilai berpotensi adalah jahe (Zingiber officinale). Kandungan fitokimia di dalam jahe, seperti gingerol, alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpenoid, dan saponin, diyakini efektif menghambat pertumbuhan bakteri patogen, termasuk E. coli.
Melihat peluang ini, tim dosen dari Program Studi Agribisnis Peternakan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) menggelar penelitian mengenai efektivitas ekstrak jahe pada ayam broiler yang terinfeksi E. coli. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana penggunaan jahe dapat meningkatkan produktivitas ayam sekaligus menjadi solusi alami pengganti antibiotik.
“Melalui penelitian ini, kami ingin membuktikan bahwa jahe tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga dapat menjadi alternatif pengobatan yang ramah lingkungan dalam industri peternakan,” ujar Ketua Tim Penelitian, Anjar Sofiana, S.Pt., M.Si.
Penelitian berlangsung sejak Juli hingga November 2025 di kandang percobaan Polinela. Tim ini melibatkan sejumlah dosen lintas bidang, antara lain Dr. Ghoffar Husnu, S.Pt., M.S., drh. Luh Putu Nadya Santika, M.Sc., Tri Rumiyani, S.Pt., M.Sc., Susanti, S.Pt., M.Si., Cintia Agustin Patria, S.Pt., M.Si., serta Mutia Rizkia Shaffira, S.Tr.Pt., M.Tr.P.
Kegiatan tersebut mendapatkan dukungan pendanaan dari DIPA Polinela Tahun Anggaran 2025. Hasil riset diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi dunia peternakan, khususnya dalam menghadirkan alternatif pengobatan yang lebih sehat, aman, dan berkelanjutan untuk industri ayam broiler di Indonesia.