BERITA

Nasihat Niklas Luhmann untuk Pendidikan Lampung: Catatan bagi Pemerintahan Mirza-Jihan

12
×

Nasihat Niklas Luhmann untuk Pendidikan Lampung: Catatan bagi Pemerintahan Mirza-Jihan

Sebarkan artikel ini
Catatan untuk Pemerintahan Mirza-Jihan; Begini Nasihat Niklas Luhmann untuk Pendidikan Lampung

Media90 – Maaf, saya bukan ahli pendidikan; hanya sekadar punya catatan umum. Izinkan saya memulainya dari buramnya hasil penelitian Elizabeth Pisani (2013).

Penelitiannya mengungkapkan bahwa 85 persen siswa di Indonesia tidak bisa memahami kalimat inti dari sebuah paragraf.

Itu baru problem membaca. Belum lagi soal menulis. Apatah lagi berpikir abstrak. Dan di atas itu semua, kemampuan menulis di jurnal serta menerbitkan banyak buku.

Namun, ada ilmuwan yang mampu menulis ratusan artikel dengan tema beragam di jurnal internasional.

Bahkan, dia menulis 70-an buku yang bahasannya sering membuat kita geleng kepala. Mari berguru padanya: Niklas Luhmann, seorang sosiolog multibakat dari Jerman.

Siapa Niklas Luhmann?

Luhmann dikenal karena produktivitasnya yang luar biasa. Ia mengandalkan metode Zettelkasten—sistem manajemen catatan sederhana namun revolusioner.

Berkat metode ini, ia menghasilkan lebih dari 600 artikel ilmiah dan 70 buku selama kariernya.

Baca Juga:  Tragedi Api: Rumah Warga Benteng Jaya Kota Agung Tanggamus Dilalap, Sisakan Hanya Pakaian pada Tubuh

Dengan lintas disiplin ilmu yang mencengangkan, Luhmann menulis tentang sosiologi, biologi, matematika, hingga ilmu komputer.

Yang menarik, ia tidak pernah menggunakan komputer untuk menulis. “Sebagian besar pekerjaan terjadi di Zettelkasten saya,” ungkap Luhmann dalam wawancara dengan Wolfgang Hagen.

Apa Itu Zettelkasten?

Zettelkasten, yang berarti “kotak catatan” dalam bahasa Jerman, adalah sistem sederhana dengan dua elemen utama: kartu ukuran A6 untuk mencatat dan rak kecil untuk menyimpannya. Sistem ini memungkinkan Luhmann:

  1. Mencatat ide utama saat membaca atau meneliti.
  2. Menghubungkan catatan dengan sistem penomoran unik.
  3. Menggunakan catatan untuk menulis, mendukung argumen, atau menciptakan ide baru.

Kelebihan Zettelkasten adalah fleksibilitasnya. Metode ini mendorong kombinasi ide dari berbagai disiplin ilmu, meningkatkan produktivitas, dan mempertahankan relevansi pengetahuan dalam jangka panjang.

Baca Juga:  Rahmat Mirzani Djausal dan dr. Jihan Optimistis Penuhi Syarat Pilgub Lampung Usai Jalani Tes Kesehatan

Membawa Zettelkasten ke Lampung

Metode ini bukan sekadar alat pribadi Luhmann. Kita bisa mengadaptasinya untuk siswa, mahasiswa, guru, dan dosen di Lampung. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Ajarkan Siswa Membuat Catatan yang Terstruktur
    Siswa dapat mencatat ide utama dari pelajaran atau bacaan dan menghubungkannya dengan konsep lain.
  2. Gunakan Kartu Catatan dan Kotak Penyimpanan
    Sediakan kartu catatan kecil dan kotak penyimpanan untuk setiap siswa. Ajarkan mereka mengorganisasikan kartu berdasarkan topik atau tema.
  3. Hubungkan Informasi Antar-Mata Pelajaran
    Guru dapat mendorong siswa mengaitkan konsep dari berbagai mata pelajaran, seperti menghubungkan matematika dengan sains.
  4. Pelatihan Kolaboratif
    Buat proyek yang melibatkan penggabungan ide lintas disiplin dan hasilkan peta konsep.
  5. Ulang dan Revisi Secara Rutin
    Jadwalkan sesi revisi mingguan untuk memperbarui dan memeriksa catatan.
Baca Juga:  Ratusan Ribu Benur Udang Vanamei Diluncurkan ke Petambak oleh Kampung Bumi Dipasena Abadi

Memanfaatkan Teknologi

Digitalisasi proses Zettelkasten juga memungkinkan efisiensi lebih tinggi. Gunakan aplikasi seperti Notion, Evernote, atau Obsidian untuk mengelola catatan digital siswa.

Dampak Positif Zettelkasten di Lampung

Metode ini membawa manfaat besar:

  • Meningkatkan pemahaman siswa dengan menghubungkan konsep-konsep pelajaran.
  • Mendorong kreativitas dan daya kritis melalui eksplorasi ide-ide baru.
  • Memupuk keterampilan belajar mandiri, membantu siswa mengelola informasi mereka secara efektif.

Kesimpulan

Zettelkasten adalah hulu yang menghasilkan lompatan ilmu di hilirnya. Dengan adaptasi metode ini, kita dapat menciptakan generasi pembelajar mandiri di Lampung—siswa yang tidak hanya menyerap informasi tetapi juga mampu mengolahnya menjadi pengetahuan baru.

Mari mulai sejarah ini, di sini, dengan cara ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *