Media90 – Dalam upaya meningkatkan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea Linn.) dan mengurangi dampak penyakit tanaman, tim peneliti dari Politeknik Negeri Lampung (Polinela) telah melaksanakan sebuah penelitian inovatif.
Penelitian berjudul “Optimasi Trichoderma sp. dan Talaromyces sayulitensis terhadap Intensitas Serangan Penyakit dan Respon Produktivitas 4 Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea Linn.)” ini dipimpin oleh Ir. Yuriansyah, M.P., bersama dengan anggota tim Juwita Suri Maharani, S.P., M.Si., dan Priyadi, S.P., M.Si.
Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam bidang pertanian dengan fokus pada penggunaan Trichoderma sp. dan Talaromyces sayulitensis sebagai agen pengendali hayati.
Tujuan utamanya adalah untuk mengoptimalkan pengendalian penyakit karat daun dan meningkatkan produktivitas empat varietas kacang tanah.
Trichoderma sp. dan Talaromyces sayulitensis adalah cendawan antagonis yang dikenal efektif dalam menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit karat daun melalui mekanisme kompetisi ruang dan nutrisi, mikoparasitisme, serta antibiosis.
“Trichoderma sp. dapat menempel dan tumbuh pada hifa cendawan patogen, membentuk apresoria untuk memasuki sel patogen dan menghasilkan enzim fungitoksik seperti glukanase dan kitinase yang merusak dinding sel cendawan patogen,” jelas Yuriansyah dalam wawancaranya dengan Lampungpro pada Jumat (23/8/2024).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Trichoderma sp. dan Talaromyces sayulitensis secara signifikan mengurangi intensitas serangan penyakit karat daun pada tanaman kacang tanah.
Selain itu, aplikasi Trichoderma sp. terbukti meningkatkan perkecambahan benih dan memperbaiki vigor tanaman, yang berdampak pada peningkatan hasil produksi kacang tanah.
Yuriansyah menambahkan, “Keberhasilan ini menunjukkan potensi besar penggunaan agen pengendali hayati untuk pengelolaan penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan Trichoderma sp. dan Talaromyces sayulitensis, petani dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.”
Juwita Suri Maharani, anggota tim, menyatakan bahwa penelitian ini memiliki implikasi luas dalam sektor pertanian, terutama dalam meningkatkan produksi kacang tanah dan mengurangi dampak penyakit karat daun.
“Dengan metode pengendalian hayati yang ramah lingkungan, petani dapat menerapkan teknik pengendalian penyakit yang lebih aman dan berkelanjutan,” kata Juwita.
Juwita juga menambahkan bahwa penerapan hasil penelitian ini di lapangan diharapkan membuka jalan bagi pengembangan teknologi serupa untuk tanaman lain yang rentan terhadap penyakit, mendukung upaya peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia secara keseluruhan.
Priyadi, anggota tim lainnya, menjelaskan pentingnya kesadaran tentang penggunaan agen pengendali hayati dalam pertanian berkelanjutan.
“Penelitian ini tidak hanya memberikan solusi praktis untuk meningkatkan produktivitas kacang tanah, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan penelitian ini, Polinela tidak hanya berkontribusi dalam bidang akademis tetapi juga memberikan dampak nyata bagi praktik pertanian di Indonesia.
Pendekatan inovatif dan berkelanjutan dalam pengendalian penyakit tanaman diharapkan menjadi kunci untuk mencapai ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di masa depan.