BERITA

Arkeolog Usulkan Prasasti Palas Pasemah Lampung Selatan dan Batu Bedil Tanggamus Jadi Warisan Nasional

93
×

Arkeolog Usulkan Prasasti Palas Pasemah Lampung Selatan dan Batu Bedil Tanggamus Jadi Warisan Nasional

Sebarkan artikel ini
7[I&gV6~^Bwqk^V;vP7bgxgIc4#Xr=
7[I&gV6~^Bwqk^V;vP7bgxgIc4#Xr=

Media90 – Dua peninggalan cagar budaya di Lampung, yakni Situs Palas Pasemah dan Prasasti Batu Bedil, direkomendasikan untuk naik peringkat sebagai cagar budaya nasional.

Rekomendasi ini diberikan oleh Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) setelah menggelar Sidang Kajian Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional 2024 di Hotel Kristal, Jakarta Selatan, pada Selasa (10/9/2024).

Sidang ini dihadiri oleh 13 anggota TACBN dari berbagai disiplin ilmu, termasuk perwakilan dari TACB Lampung seperti Ir. Anshori Djausal, MT sebagai ketua, serta sejumlah tokoh dari bidang kebudayaan dan pariwisata dari Lampung dan Tanggamus.

Setelah melakukan sidang terbuka, TACBN melanjutkan dengan sidang tertutup yang dihadiri Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VII Bengkulu, Drs. Nurmatias.

Sidang ini merupakan kelanjutan dari sidang sebelumnya yang digelar pada Maret 2023.

Baca Juga:  Pelabuhan Panjang Bandar Lampung Sambut 854 Pemudik dari Pelabuhan Ciwandan dalam Tiga Hari Pertama Pembukaan

Ketua TACBN, Surya Helmi, menjelaskan bahwa proses pengajuan ini harus berjenjang sesuai dengan Pasal 42 UU Nomor 11 Tahun 2010, yakni dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga peringkat nasional.

Meski dua situs telah direkomendasikan, pengajuan untuk Situs Batu Berak masih ditunda karena masih memerlukan data pendukung yang lebih kuat.

Bahkan, menurutnya, Prasasti Batu Berak berpotensi menjadi situs berkelas dunia jika narasinya disusun dengan tepat.

Prasasti Batu Bedil: Bukti Pengaruh Budha di Era Megalitikum

Prasasti Batu Bedil, yang terletak di Kabupaten Tanggamus, menjadi salah satu situs kebanggaan Lampung.

Ninny Susanti Tejowasono, seorang arkeolog nasional, menjelaskan bahwa Batu Bedil merupakan prasasti unik di Indonesia yang menjadi bukti awal pengaruh Budha di era megalitikum.

Baca Juga:  Kejadian Misterius: Gelombang Kematian Mendadak, Larangan Keluar-Masuk Kambing di Areal Tambak Dipasena Tulang Bawang

Prasasti ini menampilkan mantra Budha yang belum sepenuhnya terbaca akibat kerusakan alam.

Dari baris pertama prasasti, terdapat kata “namo bhagawate”, dan di baris terakhir ditemukan kata “swaha”, yang keduanya menunjukkan ciri khas mantra Budha.

Batu Bedil juga memiliki aksara yang tidak sepenuhnya menyerupai aksara Jawa Kuno.

Menurut Ninny, aksara yang digunakan lebih tepat disebut sebagai aksara Sumatera Kuno, turunan dari aksara Palawa yang digunakan pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Nama “Batu Bedil” sendiri berasal dari cerita warga sekitar yang mendengar suara ledakan atau “bedil” di sekitar lokasi prasasti tersebut, yang merupakan kompleks menhir di Dusun Batu Bedil, Desa Gunung Meraksa, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus.

Berkat upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tanggamus, prasasti ini berhasil diajukan untuk naik peringkat ke tingkat nasional.

Baca Juga:  Potongan Kaki Petani yang Tewas Diterkam Harimau di Suoh Lampung Barat Ditemukan

Situs Palas Pasemah: Peninggalan Sriwijaya yang Bersejarah

Situs Palas Pasemah, yang terletak di tepi Way Pisang, Kabupaten Lampung Selatan, merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Meski prasasti ini tidak berangka tahun, para ahli memperkirakan bahwa prasasti tersebut berasal dari akhir abad ke-7 Masehi berdasarkan bentuk aksaranya.

Isi prasasti ini berupa kutukan bagi siapa pun yang tidak tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Palas Pasemah ditemukan oleh warga pada 5 April 1956 di Kali Pisang, anak sungai Way Sekampung, di Desa Palas Pasemah, Kabupaten Lampung Selatan.

Situs ini mencerminkan peran penting Lampung dalam sejarah Sriwijaya dan pengaruh kerajaan tersebut di wilayah Sumatra.

Dengan direkomendasikannya kedua situs ini ke tingkat nasional, Lampung semakin menunjukkan potensinya sebagai daerah yang kaya akan warisan sejarah dan budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *